Berita Mata Uang Digital Bitcoin - Harga Bitcoin

Harga Bitcoin telah naik 15% sepanjang bulan ini.

Perusahaan yang didirikan oleh Alexander Rusli ini menyatakan dewan direksi telah menyetujui pembentukan "cadangan perbendaharaan" Bitcoin.

JPMorgan sedang mempertimbangkan untuk menawarkan akses ke ETF Bitcoin untuk nasabahnya.

Kenaikan Bitcoin yang signifikan diperkirakan berlanjut usai pertemuan pembicaraan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Cina.

Menurut Coin Metrics, harga Bitcoin terakhir tercatat naik hampir 6% menjadi US$ 101.679 (Rp 1,68 miliar) pada Kamis (8/5).

Harga bitcoin terus melesat di tengah gejolak ekonomi imbas pengenaan tarif impor baru yang diterapkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Dalam beberapa tahun terakhir Bhutan mendapatkan keuntungan jutaan dolar dengan berinvestasi pada beberapa mata uang kripto populer di dunia.

Bitcoin telah mengabaikan kegelisahan pasar yang disebabkan oleh pengumuman tarif global Presiden AS Donald Trump pada 2 April 2025.

Dalam sepekan terakhir, harga Bitcoin berfluktuasi di kisaran US$ 78.000-US$ 94.000 (Rp 1,27 miliar-Rp 1,53 miliar).

Analis menilai kebijakan Trump berpotensi mempercepat adopsi kripto oleh investor institusional, memberikan kejelasan regulasi lebih besar, dan memperkuat kepemimpinan AS dalam inovasi aset digital.

Geoffrey Kendrick, Kepala Riset Aset Digital di Standard Chartered, mengatakan ia yakin Bitcoin akan mencapai angka US$ 200.000 (Rp 3,3 miliar) tahun ini sebelum naik lebih jauh di masa depan.

Harga Bitcoin telah turun hampir 25% dari level tertingginya sepanjang masa di lebih dari US$ 108.000 (Rp 1,77 miliar).

Investasi yang signifikan oleh Goldman Sachs ini menandai tonggak penting dalam adopsi kripto oleh Wall Street.

Menurut CoinMarketCap, harga Bitcoin kembali melewati US$ 97.000 (Rp 1,58 miliar, kurs Rp 16.350/US$) setelah sempat turun ke level US$ 94.000 (Rp 1,53 miliar), pada Senin (10/2).

Ketika terjadi kepanikan di pasar, likuiditas mengalir ke Bitcoin daripada ke aset-aset yang lebih berisiko.