K-Pop, Keajaiban Baru Korea

Katadata/Metta Dharmasaputra
SM Town di depan Coex Mall, di kawasan Gangnam, Seoul, Korea Selatan.
Editor: Redaksi
7/1/2020, 09.10 WIB

Hampir setiap sudut Seoul dihiasi wajah-wajah rupawan dan jelita dari para artis Korean Pop. Di stasiun, mal, pusat perbelanjaan, restoran, hingga bandara. K-Pop memang kian digandrungi. Tak hanya di Korea Selatan, tapi juga di berbagai belahan bumi lain, termasuk Indonesia.

Tak mengherankan, ketika musim libur akhir tahun tiba, Korea menjadi salah satu destinasi wisata favorit turis asal Indonesia. Di Myeongdong Street yang ramai, ada saja celetukan bahasa Indonesia yang terdengar.

BTS, salah satu boyband paling kondang saat ini, bahkan sudah diundang ke ajang musik dunia paling prestisius: Grammy Award. Mega-star K-Pop yang diisi oleh tujuh pria sensasional ini dinilai telah mengguncang dunia.

Betapa tidak? Grup ini telah menyumbang $4,65 miliar (sekitar 65 triliun) terhadap Produk Domestik Bruto Korea Selatan. Ini membuatnya sejajar dengan raksasa korporasi Korea seperti Samsung, Hyundai, dan KIA.

BTS, yang aslinya singkatan dari Bangtan Sonyeondan atau belakangan dikenal Bangtan Boys, pun kemudian dipelesetkan menjadi “Bigger Than Samsung”.

Boyband asal Korea Selatan, BTS, mengisi acara malam tahun baru di Times Square, Manhattan, AS. (ANTARA FOTO/REUTERS/Jeenah M)

Prestasi mereka memang tak bisa dipandang sebelah mata. Tiga album yang dirilisnya menempati posisi teratas di tangga lagu Billboard 200 dalam waktu kurang dari setahun. Kelompok band pertama yang bisa menorehkan prestasi ini setelah era The Beatles.

Rekor lainnya, pada April tahun lalu, video mereka yang berjudul “Boy With Luv” langsung menembus rekor Youtube. Jumlah penontonnya mencapai 100 juta hanya kurang dari 48 jam! BTS pun menjadi band Asia pertama yang menembus 5 miliar streaming di Spotify.

Penjualan merchandise BTS laris-manis. Mulai dari buku, t-shirts, mainan, kosmetik hingga perhiasan. Totalnya mencapai $130 juta (sekitar Rp 1,8 triliun).

Berkat kesuksesan BTS, sang ‘peracik’ boyband ini, Bang Si-Hyuk (47 tahun), ikut berjaya. Di bawah bendera Big Hit Entertainment yang didirikannya, menurut indeks miliuner Bloomberg, kekayaannya kini diperkirakan mencapai $770 juta (Rp 10,8 triliun).

(Baca: Korsel Tertarik Bangun Teknologi Sistem Transportasi hingga 5G di RI)

Tiga Generasi

Bagi publik Korea, aliran pop sesungguhnya tak baru-baru amat. Pada dekade 1930-an, aliran pop Jepang (J-Pop) sudah masuk ke negeri ini. Namun, genre ini baru mendapat tempat luas di publik Korea setelah kehadiran K-Pop yang dimulai sejak awal 1990-an.

Istilah K-Pop sendiri baru populer pada dekade 2000-an, menggantikan istilah Gayo yang mengacu pada musik pop lokal Korea. Salah seorang yang pertama kali mempopulerkannya adalah Jeong Hyeon-cheol (48 tahun), seorang penyanyi dan penulis lagu beraliran rock metal, yang dikenal luas dengan nama Seo Taiji.

Taiji kemudian memasukkan genre musik pop Amerika, yang ternyata disukai para penggemarnya. Seo Taiji & Boys merupakan band modern pertama yang sangat sukses di industri musik Negeri Ginseng itu.

Sukses ini yang kemudian dilirik oleh seorang produser rekaman bernama Lee Soo-Man yang mengenyam pendidikan di Amerika Serikat. Ia tak lain adalah pemilik SM Studio di kawasan Gangnam, Seoul, yang didirikannya pada 1989.

Kehadiran SM Studio tak lepas dari perubahaan iklim politik di Korea Selatan, setelah berakhirnya rezim militer otoriter selama tiga dekade sejak 1961. Kebebasan berekspresi mendapat ruang gerak lebih luas.

Di masa pemerintahan Park Chung-hee, musik pop Amerika dan Korea bahkan sempat dilarang. Genre ini diidentikkan dengan seks dan obat-obatan. Namun, berakhirnya junta militer dan sukses Olimpiade Seoul 1988, kian menghubungkan Korsel dengan dunia.

Olympic Park tempat perhelatan Olimpiade Musim Panas 1988. (Katadata/Metta Dharmasaputra)

Paras Korsel menjadi kian rupawan. Negeri ini bahkan dijuluki sebagai salah satu keajiban ekonomi Asia. Padahal, beberapa dekade sebelumnya, Korsel salah satu negeri termiskin pasca-perang saudara melawan Korea Utara (1950-1953). Pendapatan per kapitanya di bawah Filipina, yang kini jauh ditinggalkannya.

Momentum ini yang dimanfaatkan Lee Soo-Man. Meski begitu, jalannya baru lempang setelah ia mendirikan SM Entertainment pada 1995. Debutnya dimulai dengan melahirkan boyband K-Pop bernama H.O.T atau High-five of Teenagers (1996-2001).

Eksperimennya didasari oleh survei yang menyimpulkan, rata-rata remaja Korea menginginkan sebuah grup musik super lengkap. Diisi oleh para artis yang tak hanya pandai menyanyi, tapi juga pintar menari, berparas ganteng dan dibalut fesyen keren.

Remaja putri menjadi pasar utama yang dituju. Terbukti, seperti dilansir sebuah studi di Korea, 83 persen fans BTS adalah perempuan. Dan 45 persen di antaranya di kisaran umur 10-30 tahun.

Pengunjung Pasar Malam Myeongdong (Katadata/Metta Dharmasaputra)