Realisasi investasi sektor industri manufaktur pada kuartal I 2020 mencatat peningkatan. Namun, pengusaha mengaku khawatir karena peningkatan tersebut juga dibarengi dengan besarnya gap persepsi investasi antara investor dalam negeri dengan asing.
Data realisasi investasi kemarin menunjukkan, realisasi investasi pada sektor manufaktur sepanjang kuartal I 2020 tercatat mencapai Rp 64 triliun atau naik 44,7% dibanding capaian pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 44,2 triliun.
Rincian investasi pada sektor manufaktur sepanjang kuartal I 2020 berasal dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp 19,8 triliun, serta penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp 44,2 triliun. Keduanya meningkat signifikan dibandingkan kuartal I 2019, di mana PMDN tercatat sebesar Rp 16,1 triliun dan PMA mencapai Rp 28,1 triliun.
(Baca: Di Tengah Pandemi, Realisasi Investasi Manufaktur Kuartal I Naik 44,7%)
Industri dalam sektor manufaktur yang mencatatkan nilai investasi tertinggi pada kuartal I 2020 antara lain, Industri Logam Dasar, Barang Logam, Bukan Mesin dan Peralatannya dan Industri Makanan.
Sementara secara keseluruhan BKPM mencatat, realisasi investasi pada triwulan I 2020 naik 8% secara tahunan, dari Rp 195,1 triliun menjadi Rp 210,7 triliun. Namun, realisasi PMA turun 9,2% dibandingkan triwulan I 2019 sebesar Rp 107,9 triliun menjadi Rp 98 triliun. Sementara, realisasi PMDN triwulan I 2020 sebesar Rp 112,7 triliun, naik 29,3% secara tahunan.
"Secara eksternal ini bisa berasal dari penurunan kepercayaan global terhadap Indonesia dan negara berkembang secara umum, karena krisis atau karena daya saing iklim usaha nasional di mata investor asing yang menurun," kata Wakil Ketua Umum Bidang Hubungan Internasional Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Shinta Kamdani kepada Katadata.co.id, Rabu (29/4).
Menurut dia, untuk meningkatkan kembali kepercayaan investor asing diperlukan perbaikan yang cukup signifikan pada iklim usaha dalam negeri. Sebab, sektor industri yang mengalami peningkatan investasi merupakan industri yang bertumpu pada kebijakan pemerintah.
(Baca: Terdampak Corona, Realisasi Investasi Asing Kuartal I Turun 9,2%)
Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, diperlukan peningkatan investasi signifikan baik dari dalam dan luar negeri. Faktor peningkatan investasi asing juga harus diperkuat, lantaran investasi nasional memiliki keterbatasan dari sisi nilai, kemampuan teknologinya maupun penerapannya.
"Jadi iklim investasi nasional harus ditingkatkan secara keseluruhan bukan hanya karena faktor satu atau dua kebijakan. Persepsi atas iklim usaha nasional juga harus dibuat seimbang dan adil sehingga tujuan ekonomi nasional betul-betul tercapai," ujar Shinta.
Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, diperlukan peningkatan investasi signifikan baik dari dalam dan luar negeri. Faktor peningkatan investasi asing juga harus diperkuat, lantaran investasi nasional memiliki keterbatasan dari sisi nilai, kemampuan teknologinya maupun penerapannya.
Untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional, diperlukan peningkatan investasi signifikan baik dari dalam dan luar negeri. Faktor peningkatan investasi asing juga harus diperkuat, lantaran investasi nasional memiliki keterbatasan dari sisi nilai, kemampuan teknologinya maupun penerapannya.