K-Pop, Keajaiban Baru Korea

Katadata/Metta Dharmasaputra
SM Town di depan Coex Mall, di kawasan Gangnam, Seoul, Korea Selatan.
Editor: Redaksi
7/1/2020, 09.10 WIB

Kisah sukses SM Entertainment segera diikuti oleh kemunculan perusahaan musik dan grup K-Pop lainnya. Eks anggota Seo Taiji & Boys, Yang Hyun-suk membentuk YG Entertainment pada 1996. Lalu diikuti oleh Park Jin-young atau J.Y. Park mendirikan JYP Entertainment pada 1997.

H.O.T dan sejumlah grup lainnya yang muncul pada era 1990-an, menurut Yonhap News seperti dikutip tirto.id, dapat dikategorikan sebagai generasi pertama K-Pop.

JY Park Pendiri JYP Entertainment (Katadata/Metta Dharmasaputra)

Setelah itu, pada pertengahan hingga akhir 2000-an, lahir grup-grup baru sebagai generasi kedua. Beberapa di antaranya, Super Junior, TVXQ dan Girl’s Generation (SNSD). Di era ini, JYP Entertainment melahirkan Wonder Girls, G.O.D, 2PM dan 2AM.

Kejayaan K-Pop berlanjut di era generasi ketiga. SM Entertainment membentuk grup baru EXO. Lalu YG Entertainment juga memunculkan girl group yang hits, yaitu Blackpink. Di era inilah kemudian muncul pula BTS yang fenomenal di bawah naungan Big Hit Entertainment.

(Baca: Tiga Musisi Asing Konser Bulan Ini, Tiket Blackpink Termahal)

SM Town

Bagaimana kemudian K-Pop berkembang hingga manca negara, sayangnya memang belum ada tempat yang memiliki catatan lengkap seperti museum Manga di Jepang. Meski begitu, sekilas bisa kita dapatkan dari SM Museum, yang menempati lantai tiga gedung SM Town.

SM Town merupakan gedung enam lantai milik SM Entertainment yang terletak di depan Coex Mall, di kawasan Gangnam, Seoul. SM Entertainment kini tercatat sebagai perusahaan label rekaman terbesar, diikuti oleh YG Entertaintment dan JYP Entertainment.

Begitu memasuki gedung itu, pengunjung akan langsung disambut deretan foto para artis K-Pop besutan SM Entertainment, seperti TVXQ, EXO, Super Junior, Red Velvet, Girl’s Generation (SNSD), hingga NCT.

Di lantai dua, tersedia berbagai jenis merchandise yang dilabeli para artis K-Pop. Sedangkan di lantai empat disediakan aneka makanan dan minuman, yang tentu juga bertemakan para artis.

SM Town Museum (Katadata/Metta Dharmasaputra)

Untuk bisa masuk ke SM Museum, pengunjung perlu membeli tiket seharga 18 ribu won (sekitar Rp 216 ribu). Jika mau berfoto dengan hologram para artis idola, Anda harus merogoh kocek lagi 33 ribu won (sekitar Rp 395 ribu). Tak murah memang.

Meski begitu, harga itu dinilai terbayarkan setelah melihat isi museum. Dan bagi para SM Stan—sebutan para penggembar artis SM—belum afdol kalau ke Seoul belum mampir ke sini.

“Yang menarik, di sini kita bisa melihat apa yang ada di balik panggung. Bagaimana sebuah video musik disiapkan secara detail, mulai dari konsep, sinematografi dan tata busananya,” ujar salah seorang pengunjung.

Di museum ini, perjalanan SM Entertainment digambarkan. Meski bermula pada 1995, baru pada 2001 SM Entertainment mengembangkan sayapnya di Jepang. Lalu pada 2006 mereka berhasil menggelar konser di Hong Kong, dan dua tahun kemudian memasuki pasar Amerika Serikat (AS). Setelah itu, merambah Thailand (2011) dan Tiongkok (2015).

Di daratan Cina, mereka bahkan melebarkan sayap bisnis dengan mendirikan SM Mobile Communication, serta bidang fesyen dan sport (Esteem Model dan Galaxia SM). Sebelumnya pada 2012, SM Group juga mendirikan SM Culture and Content di bidang konten visual.

Terakhir pada 2017, mereka mendirikan SM Contents & Communication. Begitulah, berbagai bidang bisnis dirambahnya. SM bukan lagi sekadar perusahaan music entertaintment.

(Baca: BKPM: Perusahaan Korea Berencana Investasi Rp 47 T di Kilang Dumai)