Ancaman Resesi Mengintai Negara-negara Maju di Balik Virus Corona

123RF.com/Elnur Amikishiyev
Penyebaran virus corona memperbesar risiko terjadinya resesi di beberapa negara, antara lain Jepang, Singapura, dan Jerman.
Penulis: Hari Widowati
20/2/2020, 12.05 WIB

Dampak Virus Corona ke Jerman dan Italia

Negara-negara Uni Eropa pun tak luput dari dampak ekonomi virus corona. Jerman yang merupakan perekonomian terbesar di zona euro mengalami stagnasi pada kuartal IV 2019. Destatis, badan statistik Jerman, menyebutkan pertumbuhan ekonomi Jerman pada 2019 hanya sebesar 0,6% atau 0,9% lebih rendah dibandingkan dengan 2018.

Perlambatan perdagangan global dan perang dagang antara Amerika Serikat-Tiongkok menjadi salah satu penyebab melemahnya ekonomi raksasa Eropa itu. Jerman juga harus merundingkan kemungkinan hambatan tarif dan bea masuk yang muncul setelah Inggris resmi bercerai dengan Uni Eropa.

Penyebaran virus corona menambah kompleksitas masalah yang dihadapinya. "Dampak virus corona terhadap rantai pasokan global akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi zona euro dan Jerman meredup dalam jangka pendek," kata Ekonom Oxford Economics, Rosie Colthorpe, seperti dikutip euronews.com.

Jerman adalah mitra dagang utama Tiongkok di Eropa. Sebaliknya, Tiongkok adalah negara tujuan ekspor Jerman nomor tiga setelah AS dan Prancis. Menurut UN Comtrade, nilai ekspor Jerman ke Negeri Panda mencapai US$ 110,5 miliar sedangkan nilai impornya US$ 126,72 miliar.

Italia juga berpotensi terseret ke dalam resesi tahun ini. "Epidemi virus corona akan berdampak besar pada perekonomian Italia dan mendorongnya ke arah resesi," kata Nomura dalam laporan yang dikutip Ansa. Tahun lalu, perekonomian Italia minus 0,1% atau jauh di bawah prediksi pemerintah sebesar 0,6%. Dalam skenario terburuk, ekonomi Italia tahun ini diperkirakan bisa minus 0,9%.

Meminimalisasi Merembetnya Dampak Negatif Corona

Sejauh ini, belum ditemukan kasus infeksi virus corona di wilayah Indonesia. Satu kasus menimpa WNI di Singapura dan sudah dinyatakan sembuh. Empat kasus baru terjadi pada WNI yang bekerja sebagai awak kapal Diamond Princess dan mereka masih dikarantina di Jepang.

Meski begitu, dampak ekonomi virus corona tak bisa dianggap enteng. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama Kusubandio mengatakan, potensi kerugian yang ditimbulkan oleh virus corona terhadap sektor pariwisata Indonesia mencapai Rp 54 triliun. Belum lagi dampak di sektor investasi atau sektor perdagangan, gambarannya seperti terlihat pada infografik berikut ini.

Dampak virus corona terhadap ekonomi Indonesia. (Katadata)

Menurut analisis Bloomberg Economics, virus corona akan mengurangi potensi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 0,26%. Jika pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,3%, berarti realisasinya bisa berkurang menjadi 5,04%. 

Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri juga berpendapat dampak virus corona relatif kecil terhadap perekonomian Indonesia. Pasalnya, perekonomian Indonesia masih ditopang oleh konsumsi domestik.

Ia membandingkan dampak virus corona dengan dampak infeksi saluran pernapasan akut (SARS) pada 2003. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada kuartal I 2003 tergerus 200 basis poin menjadi 9% karena perdagangan dan perjalanan terhambat. Selama setahun penuh, ekonomi Negeri Panda itu hanya turun 1%.

Jika berkaca pada pengalaman itu, dampak ekonomi virus corona terhadap PDB Indonesia hanya sekitar 0,1-0,3%. Oleh karena itu,  ia menyarankan agar pemerintah menjaga konsumsi domestik antara lain dengan memberikan bantuan langsung tunai, kartu prakerja, dan diskon penginapan untuk turis domestik.

Beberapa usulan Chatib sudah ada dalam rencana pemerintah. Presiden Joko Widodo dalam rapat terbatas, Selasa (17/2) lalu, mengungkapkan adanya opsi pemberian diskon sebesar 30% untuk turis asing maupun domestik untuk menggairahkan sektor pariwisata.  Selain itu ada subsidi untuk pelaku industri pariwisata sebesar 50%, termasuk insentif untuk maskapai penerbangan dan agen perjalanan.  

Namun, belum ada pembahasan mengenai dana kontinjensi di sektor kesehatan untuk kebutuhan alat deteksi virus corona, perawatan pasien yang terinfeksi, hingga pengembangan vaksin untuk pengobatannya.  Jika tidak disiapkan dari sekarang, masalah virus corona bisa menimbulkan kerugian ekonomi yang lebih besar di kemudian hari. Sehingga, sudah selayaknya hal ini juga menjadi catatan bagi pemerintah.

(Baca: Sri Mulyani Masih Kaji Insentif Pariwisata untuk Atasi Dampak Corona)