Berita Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Terkini - Terbaru Hari ini

Pemerintah akan menjaga daya beli masyarakat melalui penyaluran bantuan sosial dan gaji ke-13 bagi aparatur sipil negara atau ASN untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025.

Ekonomi Malaysia dan Singapura pada kuartal I 2025 tumbuh masing-masing 4,4% dan 3,8%, sedangkan ekonomi Vietnam tumbuh mencapai 6,9%.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 mencapai 4,87%, melambat dibandingkan kuartal I 2024 sebesar 5,11%.

Luhut Binsar Pandjaitan mengungkapkan optimisme terhadap ekonomi Indonesia yang tumbuh 4,87% di kuartal pertama 2025, namun berharap peningkatan di kuartal berikutnya

BPS mencatat, kontraksi secara kuartalan terjadi pada hampir semua komponen pertumbuhan pada kuartal I 2025, dengan kontraksi terdalam pada belanja pemerintah.

Pertumbuhan ekonomi wilayah Maluku dan Papua anjlok menjadi 1,69% pada kuartal I 2025 di tengah kinerja negatif sektor pertambangan.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2025 melambat dibandingkan kuartal I 2024 yang tumbuh 5,11%.

Sejumlah ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal I 2025 akan berada di bawah 5%.

Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini hanya 4,7%. Angka ini lebih rendah dibandingkan laporan pada Oktober 2024 yakni 5,1%.

Kontraksi ekonomi ini merupakan yang pertama sejak kuartal kedua 2024 dan berbalik dibandingkan perkiraan para analis yang tumbuh 0,1%.

Menteri Keuangan Sri Mulyani optimistis perumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini mencapai 5% meski IMF memangkas proyeksinya menjadi 4,7%.

BI memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini berada di bawah 5,1%.

Proyeksi pertumbuhan IMF jauh dari target pemerintahan Prabowo Subianto sebesar 5,2% dan turun dibandingkan tahun lalu yang mencapai 5%.

IMF memangkas proyeksi ekonomi global pada tahun ini dipangkas 0,5% menjadi 2,8%, sedangkan pada tahun depan sebesar 0,3% menjadi 3%.

Ekonom menyoroti pinjaman online yang meningkat dan jumlah pemudik yang turun saat periode Ramadan dan Lebaran. Apakah ini menjadi sinyal daya beli melemah?