Sinergi Menjadi Kunci dalam Pembangunan Smart City teknologi

KATADATA/JOSHUA SIRINGO RINGO
Penulis: Tim Redaksi
10/11/2019, 10.30 WIB

Pemerintah Indonesia dalam beberapa tahun terakhir gencar mendorong pengembangan kota-kota pintar (smart cities). Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dalam kajiannya menargetkan ada 100 kota pintar di Indonesia pada 2045 agar Indonesia bisa menjadi negara berpenghasilan tinggi atau negara maju.

Keberadaan infrastruktur dan teknologi informasi menjadi kebutuhan dasar dalam pembangunan smart city. Katadata mewawancarai Direktur Utama PT Lintasarta, Arya Damar, sebagai salah satu perusahaan yang terlibat dalam pembangunan sejumlah kota pintar di Indonesia. Berikut ini paparannya.

Bisa diceritakan tentang bisnis Lintasarta sejak berdiri hingga saat ini?

Lintasarta berdiri pada 1988. Pada awalnya kita memberikan solusi untuk industri keuangan karena pendirinya dari industri keuangan. Kemudian Lintasarta mulai merambah ke bidang telekomunikasi data.

Jadi, kami menyediakan jaringan komunikasi baik melalui darat, fiber optik, maupun melalui satelit. Kami menjangkau seluruh Indonesia dan dunia. Kami juga melayani seluruh segmen, mulai perbankan, pemerintah, industri minyak dan gas (migas), manufaktur, dan sebagainya.

Bagaimana dengan transformasi bisnis Lintasarta yang saat ini bukan hanya mencakup soal telekomunikasi data?

Lima tahun lalu, kami mulai transformasi mencoba tidak hanya bermain di telekomunikasi data. Kebutuhan pelanggan Lintasarta, khususnya korporasi itu juga mencakup solusi dari ujung ke ujung (end to end).

Jadi, kami mulai masuk ke bisnis ICT (information, communication, and technology). Di teknologi komputer kami masuk, kami juga mulai menyediakan data center. Setelah itu kita menyediakan penyimpanan di cloud (komputasi awan). Akhirnya, kami juga menyediakan solusi-solusi untuk industri.

Ada solusi untuk pemerintah, industri kesehatan, termasuk juga sekarang masuk beberapa solusi untuk smart city. Jadi, intinya adalah sekarang Lintasarta menjadi ICT company (perusahaan teknologi, informasi, dan komunikasi).

Untuk salah satu program yang sekarang gencar disampaikan oleh pemerintah adalah smart city. Lintasarta juga bekerja sama dengan beberapa kota untuk mewujudkan hal itu. Bisa diceritakan lebih lanjut?

Sebenarnya itu adalah salah satu bentuk solusi Lintasarta. Bagian dari komitmen Lintasarta kepada industri dan pemerintah. Sekarang ada kebutuhan smart city di setiap pemerintah. Karena kami berasal dari orang-orang yang bergerak di sektor teknologi informasi, kami punya keinginan untuk membantu. Bukan sekadar menjual solusi.

Untuk membangun smart city (kota pintar), pertama harus punya master plan di kota itu. Sehingga siapa pun pemimpinnya, itu akan mengikuti master plan tersebut. Sementara setiap kota di Indonesia kan punya spesifikasi yang berbeda. Ada kota industri, pariwisata, pertanian. Nah, dibuat dulu master plan sesuai karakteristiknya.

Kedua, lihat dulu infrastrukturnya. Ada tidak? Kalau tidak ada kan harus bangun dulu infrastrukturnya baru kemudian pikirkan bagaimana integrasi datanya. Yang paling penting data tersebut harus terintegrasi. Kemudian baru kita mulai aplikasinya seperti apa.

Yang terpenting, kami juga bicara bahwa ini juga harus dipikirkan perubahan prosedur di pemerintahan. Kalau diaplikasikan smart city, yang tadinya pengaduan masyarakat butuh waktu dua hari, sekarang bisa diproses dalam hitungan detik. Kemudian diharapkan responsnya maksimum dalam hitungan jam, prosedurnya harus berubah.

Terakhir, masalah sosialisasi kepada masyarakat. Kadang-kadang kota hanya ingin menjadi smart city, masyarakatnya tidak tahu. Mereka harus punya waktu, punya biaya, punya program, bagaimana caranya agar seluruh masyarakat tahu beginilah cara menggunakan smart city. Itu yang kami dorong ke sana.

Jadi, Lintasarta akan bantu mulai dari awal. Kemudian, apakah kami bisa turut serta membangun infrastrukturnya, terutama telekomunikasi atau teknologi informasinya. Selanjutnya, menyiapkan solusinya. Yang perlu didorong juga adalah bagaimana kota-kota di Indonesia berkolaborasi untuk menggunakan smart city.

Kita kumpulkan kota industri, kota pariwisata, ini cukup memakai solusi yang sama. Jangan sampai setiap kota membangun solusi sendiri-sendiri, sehingga menjadi jauh lebih mahal biayanya secara nasional. Di Indonesia banyak operator yang juga menyediakan cloud. Itu bisa dipakai bersama-sama supaya lebih murah dan implementasinya jauh lebih cepat.

Jadi semacam sinergi dalam penggunaan sistem atau master plan smart city?

Kalau sudah punya master plan, kota-kota yang kira-kira sejenis bisa duduk sama-sama membahas solusi. Kalau sudah ada, kita pakai solusi yang dari kota itu, mungkin digunakan oleh kota lain, kemudian gunakan teknologi cloud sehingga bisa dipakai bersama-sama. Akibatnya investasi akan masuk dan implementasi jauh lebih cepat.