Perdagangan Singapura-Indonesia di Tengah Krisis Global (Bagian 3)

123RF.com/teerapolp24
Singapura telah lama menjalin kerja sama dagang dengan Indonesia, termasuk pengembangan Kawasan Industri Kendal dan Nongsa Digital Park.
Penulis: Sorta Tobing
1/11/2019, 19.30 WIB

Singapura memperingati dua dekade pelaksanaan perjanjian perdagangan bebasnya pada pekan lalu. Negara itu telah menandatangani 24 free trade agreement atau FTA dengan 36 mitra dagang.

Akhir tahun ini rencananya kesepakatan serupa akan terwujud dengan Uni Eropa. “Kami akan memiliki kemitraan dengan negara-negara yang menyumbang lebih dari 85% dari produk domestik bruto global,” kata Ketua Umum Singapore Business Federation Siong Seng Teo saat membuka Simposium FTA 2019 di Hotel Shangri-La, Singapura, Rabu (23/10).  

Target berikutnya, pemerintah di sana berencana melakukan kesepakatan dengan Euroasia. Armenia, Belarus, Kazakhstan, Krygyzstan, dan Rusia, Teo mengatakan, mencakup 180 juta penduduk dengan total PDB mencapai SIN$ 2,6 triliun (Rp 26.904 triliun). Pasarnya sangat besar dan membuka banyak kesempatan bagi perusahaan dari negaranya.

Setelah 20 tahun, Singapura meyakini FTA bukan sekadar alat untuk mengurangi dan menghilangkan tarif. Perjanjian itu juga mendorong pemerintahnya untuk terus membuka pasar, mempermudah dan menambah jumlah barang yang keluar dan masuk.

(Baca: Perayaan Dua Abad di Tengah Lesunya Ekonomi Singapura (Bagian 1))

FTA telah membuka kegiatan bisnis di negara itu ke jutaan konsumen dunia. Dua tahun pertama ketika mulai menerapkan perjanjian ini, ekspor barang ke negara partner naik 18%. Penghematan tarifnya pada 2016 mencapai SIN$ 720 juta (Rp 7,4 triliun).

Meskipun ukurannya serupa Jakarta dengan penduduk hanya 5,6 juta jiwa, Singapura berhasil menjadi eksportir terbesar ke-9 dan importir barang terbesar ke-10 di dunia. “Jumlahnya hampir 4% dari total perdagangan dunia,” kata Menteri Komunikasi dan Informasi Singapura S Irawan.

Presiden Joko Widodo (kiri) usai melakukan pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Istana Singapura, Selasa (08/10) (ANTARA FOTO/REUTERS/Feline Lim)

Kerja Sama Perdagangan Indonesia-Singapura

Dengan Indonesia, Singapura baru saja mencapai kesepakatan meningkatkan perdagangan bilateral. Kesepakatan ini tercapai kemarin, Kamis (31/10), setelah Menteri Perdagangan Agus Suparmanto bertemu dengan Menteri Perdagangan dan Industri Singapura Chan Chun Sing.

Pertemuan itu terjadi di sela rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-35 ASEAN, Bangkok, Thailand. Kedua belah pihak akan meningkatkan perdagangan di enam kelompok, yaitu Batam, Bintan, dan Kawasan Ekonomi Khusus Karimun; investasi; tenaga kerja; transportasi; agribisnis; dan pariwisata.

“Indonesia menjunjung tinggi kerja sama ekonomi dengan Singapura yang selama ini telah terbangun dengan baik,” kata Agus seperti dikutip dari Antara.

Selain itu, kedua menteri juga berdiskusi soal perkembangan perundingan kemitraan ekonomi komprehensif regional (regional comprehensive economic partnership/RCEP). Diskusi soal strategi kendala dan akses pasar pun masuk dalam topik pembahasan.

Agus mengapresiasi langkah Singapura yang membantu kemajuan perundingan RCEP. “Indonesia mendorong seluruh teks perjanjian dan perundingan dapat difinalisasi  sehingga RCEP dapat ditandatangani pada akhir tahun depan,” ucap Agus.

RCEP merupakan konsep kerja sama ekonomi yang melibatkan 10 negara anggota ASEAN dan enam negara mitra ASEAN yaitu China, Korea Selatan, Jepang, Australia, Selandia Baru, dan India.

Perundingan perjanjian itu telah mulai sejak enam tahun lalu. Indonesia bertindak sebagai negara koordinator. Kalau kesepakatan bisa dicapai, RCEP akan menjadi pakta regional terbesar di dunia. Cakupannya mencapai 47% populasi dunia, 32% perekonomian global, 29% perdagangan global, dan 32% arus investasi dunia.

(Baca: Singapura Melangkah ke Industri 4.0 untuk Pulihkan Ekonomi (Bagian 2))

Reporter: Antara