Nilai tukar rupiah pada pasar spot dibuka menguat 0,11% ke level Rp 13.695 per dolar Amerika Serikat (AS) hari ini (11/2). Penguatan terjadi karena imbal hasil obligasi AS turun imbas virus corona.
Hampir seluruh mata uang Asia menguat terhadap dolar AS pada pagi hari ini. Dikutip dari Bloomberg, dolar Hong Kong, dolar Singapura, dan dolar Taiwan masing-masing naik 0,01%, 0,12%, dan 0,32%.
Begitu juga dengan won Korea Selatan meningkat 0,2%, peso Filipina 0,14%, rupee India 0,15%, dan yuan Tiongkok 0,26%. Ringgit Malaysia dan baht Thailand masing-masing naik 0,12% dan 0,33%. Hanya yen Jepang yang melemah 0,05%.
Vice President Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, tingkat imbal hasil obligasi pemerintah AS kembali turun menjadi kurang dari 1,6%. "Ini bisa menahan pelemahan rupiah dan mungkin mendorong penguatan rupiah terhadap dolar AS," ujar dia kepada Katadata.co.id, Selasa (11/2).
(Baca: Korban Meninggal Akibat Virus Corona Tembus 1.016 di Tiongkok)
Meski begitu, pasar masih dibayangi oleh kekhawatiran atas dampak virus corona. Apalagi, korban meninggal dunia dan yang terinfeksi virus corona terus bertambah.
Dikutip dari Reuters, korban meninggal dunia akibat virus corona tembus 1.016 di Tiongkok per pagi hari ini (10/2). Sedangkan yang terinfeksi mencapai 42.638 orang. Jumlah ini melebihi SARS dengan 774 korban meninggal dan 8.100 terinfeksi pada 2002-2003.
Tjendra memperkirakan mata uang Garuda bergerak di antara Rp 13.670-Rp 13.720 per dolar AS pada hari ini. (Baca: Yuan Menguat, Rupiah Justru Melemah Paling Dalam di Asia)
Dari sisi global, imbal hasil obligasi AS menurun karena pasar khawatir dengan korban virus corona yang terus bertambah. Dikutip dari CNBC Internasional, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun tiga basis poin menjadi sekitar 1,543% kemarin.
Imbal hasil obligasi AS tenor 30 tahun juga menurun menjadi 2,015%. Penurunan terjadi karena pasar menilai pandemi tersebut berdampak terhadap bisnis. Sebab, perjalanan dan operasional beberapa perusahaan dibatasi akibat wabah itu.
Pemerintah Tiongkok memang sudah mencabut aturan pembatasan operasional tersebut. Namun, pasar secara keseluruhan masih mewaspadai dampak virus corona.
Alhasil, imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun sudah turun sekitar 40 basis poin sejak awal tahun ini. (Baca: Korban Meninggal Virus Corona Lampaui SARS, Rupiah Melemah Hari Ini)