Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Dwi Soetjipto menyatakan proyek Blok Masela terus berjalan. Inpex Corporation telah membuka tender untuk pengerjaan desain detail atau Front End Engineering Design (FEED) untuk proyek tersebut.
Menurut Dwi, proses lelang FEED dalam tahap finalisasi pra kualifikasi. "Kami masuk di desain, itu sekarang akan ditenderkan siapa yang akan mengerjakannya," kata Dwi saat ditemui di Gedung SKK Migas, Kamis (19/12).
Secara pararel, Inpex dibantu SKK Migas mengurus proses perizinan lahan dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) fasilitas LNG Blok Masela. Selain itu, proses pencarian calon pembeli potensial terus berlangsung.
Hingga saat ini, Inpex dan SKK Migas baru mendapatkan 40-50 persen calon pembeli gas Blok Masela yang berasal dari domestik dan luar negeri. "Diutamakan dalam negeri. Kalau dalam negeri tidak ada yang mengambil lagi, maka itu ke luar negeri," kata Dwi.
(Baca: Perusahaan Listrik Asing Bidik Blok Masela, ESDM Imbau PLN Lebih Aktif)
SKK Migas menargetkan produksi LNG blok migas tersebut sebesar 9,5 MTPA dan gas pipa sebesar 150 MMscfd. Sekitar 60 persen produksi Blok Masela ditargetkan terserap untuk kepentingan dalam negeri dan sisanya sebesar 40 persen untuk ekspor.
Berdasarkan data SKK Migas, total produksi gas kumulatif Blok Masela dari 2027 hingga tahun 2055 mencapai 16,38 TSCF dengan total gas yang dijual sebesar 12,95 TSCF. Selain itu, Blok Masela menghasilkan kondensat dengan kumulatif produksi sebesar 255,28 MMSTB.
Investasi pengembangan Blok Masela diproyeksi berkisar US$ 19,8 miliar dengan internal rate of return (IRR) bagi Inpex mencapai 15 persen. Dari investasi tersebut, Indonesia bakal mendapatkan bagi hasil minimal 50 persen dari produksi Blok Masela.
(Baca: SKK Migas: Perusahaan Jepang dan PLN Serap Hampir 50% Gas Blok Masela)