SKK Migas: Pembelian Hak Kelola jadi Jalan Keluar Transisi Blok Rokan

Ilustrasi, logo Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dalam acara Gas indonesia Summit & Exhibition 2019 di JCC, jakarta Pusat (1/8). SKK Migas menyebut pembelian hak partisipasi Chevron di Blok Rokan oleh Pertamina menjadi jalan keluar untuk transisi.
Penulis: Ratna Iskana
28/1/2020, 15.10 WIB

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) menyatakan Pertamina memang berencana membeli hak partisipasi Chevron di Blok Rokan.  Opsi itu menjadi skema terakhir upaya transisi di blok minyak yang berada di Provinsi Riau tersebut.

Pasalnya, Pertamina ingin mulai investasi di Blok Rokan pada tahun ini. Chevron pun terbuka dengan rencana perusahaan pelat merah tersebut.

Hanya saja, Chevron tidak ingin keluar dari Blok Rokan dengan meninggalkan liabilitas alias utang yang harus dilunasi pada masa mendatang. "Mereka tidak keberatan, asal liabilitas beres," kata Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abburahman kepada Katadata.co.id pada Senin (27/1) malam di Kompleks DPR/MPR Jakarta.

Permasalahan liabilitas itu membuat kedua perusahaan tidak mencapai kesepakatan. Pembelian hak partisipasi Chevron oleh Pertamina pun dianggap sebagai jalan keluar transisi Blok Rokan.

"Kan ada business to business yang tidak kelar. Kalau Pertamina investasi sekarang, maka skema terakhir kan ya akuisisi, itu yang paling simple," ujar Fatar.

(Baca: Pertamina Targetkan Transisi Blok Rokan Selesai Tahun Ini)

SKK Migas pun mendorong kedua perusahaan untuk segera menyepakati rencana investasi di Blok Rokan. SKK Migas tidak ingin pengeboran di blok tersebut terhenti hanya karena alih kelola.

"Pokoknya investasi tidak boleh berhenti. harus ada pengeboran," kata Fatar.

Pertamina telah menyiapkan investasi untuk mengebor sekitar 20 sumur tahun ini. Selain itu, perusahaan pelat merah tersebut akan mengerjakan proyek pergantian pipa hilir Blok Rokan.

Pipa tersebut rencananya akan menghubungkan beberapa lapangan, yakni Minas-Duri-Dumai dan Batam-Bangko-Dumai. Penggantian pipa diperlukan sebelum Blok Rokan beralih ke Pertamina karena pipa eksisting sudah berumur terlalu tua dan berpotensi menggaggu produksi Blok Rokan jika terus digunakan. Pertamina menargetkan pembangunan pipa hilir itu bisa selesai pada Agustus 2021 sebelum kontrak CPI berakhir.

Sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memutuskan untuk mempercayakan pengelolaan Blok Rokan kepada Pertamina pada Juli 2018. Pengelolaan Blok Rokan oleh Pertamina paska Agustus 2021 telah dituangkan dalam Kontrak Bagi Hasil yang ditandatangani oleh anak perusahaan Pertamina yaitu PT Pertamina Hulu Rokan dengan SKK Migas pada Mei 2019.

Berdasarkan data, Blok Rokan merupakan blok minyak terbesar di Indonesia. Blok migas seluas 6.220 kilometer ini memiliki 96 lapangan dengan tiga lapangan memiliki potensi minyak yang baik yaitu Duri, Minas dan Bekasap.

Blok Rokan tercatat telah beroperasi selama 68 tahun atau sejak 1952. Dengan dikelolanya Blok Rokan oleh Pertamina mulai 9 Agustus 2021 mendatang, maka kontribusi produksi minyak Pertamina dibandingkan produksi minyak nasional akan meningkat dari 48% di tahun 2019 menjadi 60% di tahun 2021.

(Baca: Menteri ESDM: Pertamina Tak Perlu Beli Hak Partisipasi Blok Rokan)

Reporter: Verda Nano Setiawan