SKK Migas Desak Chevron Mengebor Blok Rokan Tahun Ini

Katadata
Ilustrasi, blok migas. Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas menyebut pengeboran di Blok Rokan penting untuk meningkatkan produksi minyak.
13/3/2020, 14.11 WIB

Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi atau SKK Migas khawatir produksi Blok Rokan sulit naik jika tak ada investasi sepanjang 2020. Lembaga tersebut bahkan menawarkan Chevron Pacific Indonesia kepastian pengembalian biaya cost recovery secara cepat agar mau mengebor blok tersebut tahun ini. 

Namun hingga kini belum ada jawaban pasti dari perusahaan minyak asal Amerika Serikat tersebut. "Lagi dievaluasi oleh Chevron," ujar Wakil Kepala SKK Migas Fatar Yani Abdurrahman kepada Katadata.co.id, Jumat (13/3).

Tawaran tersebut diberikan kepada Chevron karena Pertamina tak bisa mengebor sekitar 20 sumur di Blok Rokan tahun ini. Padahal, rencana tersebut untuk mendukung target produksi Pertamina di blok tersebut ketika alih kelola pada 2021.

"Kami lihat plus minusnya, compared dengan Pertamina masuk sesuai jadwal. Kalaupun mengebor 100 sumur, tidak signifikan menambah produksinya, tidak nendang istilah orang awam," ujar Fatar.

Dikonfirmasi secara terpisah, Corporate Communication Chevron Pacific Indonesia Sonitha Poernomo menjelaskan perusahaan terus berdiskusi dengan Pertamina agar kesepakatan bisnis terkait transisi Blok Rokan dapat tercapai. Namun, ia belum bisa memberikan secara detail proses diskusi tersebut. 

"Selaku kontraktor, kami mematuhi aturan yang berlaku dimana pun kami beroperasi," kata Sonitha. 

(Baca: Pertamina Ambil Alih Tahun Depan, Produksi Blok Rokan Turun 13%)

Pemerintah sebenarnya telah mendorong agar diskusi antara Pertamina dengan Chevron terkait transisi Blok Rokan dapat rampung pada tahun ini. Meski begitu, kedua perusahaan tak kunjung menyepakati poin yang diajukan dalam diskusi tersebut. 

Nasib Blok Rokan pun diproyeksi sama dengan Blok Mahakam. Ketika diambil alih kelola Pertamina, produksinya turun drastis.

SKK Migas bahkan memproyeksi penurunan sebesar 15 ribu barel minyak per hari (bopd) bakal terjadi tiap tahunnya di Blok Rokan. Sedangan Pertamina memprediksi produksi blok tersebut hanya mencapai 140 ribu bopd pada tahun depan, turun sekitar 13% dari target tahun ini.

Pendiri ReforMiner Institute Pri Agung Rakhmanto menilai isi kontrak Production Sharing Contract atau PSC di Indonesia pada dasarnya tidak mengatur proses transisi. Padahal, semua pihak mengacu pada isi kontrak yang ada.

Sehingga, menurut dia, tidak ada yang dapat disalahkan terkait proses transisi di Blok Rokan. Begitu juga dengan penurunanan produksi yang tidak dapat dihindari.

"Peraturan peraturan yang diterbitkan pemerintah terkait masa transisi & blok habis kontrak, dalam prakteknya tidak sederhana untuk diimplementasikan," ujar Pri. 

Sebelumnya, Pertamina telah menyiapkan investasi untuk mengebor sekitar 20 sumur pada tahun ini. Selain itu, perusahaan pelat merah tersebut akan mengerjakan proyek pergantian pipa minyak di Blok Rokan.

Berdasarkan data, Blok Rokan merupakan blok minyak terbesar di Indonesia. Blok migas seluas 6.220 kilometer ini memiliki 96 lapangan dengan tiga lapangan memiliki potensi minyak yang baik yaitu Duri, Minas dan Bekasap.Blok Rokan tercatat telah beroperasi selama 68 tahun atau sejak 1952.

Dengan dikelolanya Blok Rokan oleh Pertamina mulai 9 Agustus 2021 mendatang, maka kontribusi produksi minyak Pertamina dibandingkan produksi minyak nasional akan meningkat dari 48% di tahun 2019 menjadi 60% di tahun 2021.

(Baca: Diminta SKK Migas Investasi, Chevron Prioritaskan Transisi Blok Rokan)

Reporter: Verda Nano Setiawan