Perusahaan Migas Indonesia Jangan Hanya Jago Kandang

Ilustrator Katadata/Betaria Sarulina
Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar
Penulis: Tim Redaksi
Editor: Yuliawati
19/5/2019, 13.13 WIB

Kiprah Perusahaan Nasional di Industri Migas

Mengenai blok-blok terminasi, kenapa hanya diberikan ke Pertamina? Tadi Anda sebutkan, banyak perusahaan nasional maupun swasta nasional yang bergairah untuk melakukan eksplorasi, eksploitasi.

Perlu kita lihat peraturan aturan yang melatarbelakangi strategi pembagian blok-blok terminasi, seperti blok Rokan, Mahakam, Sanga-Sanga dan lainnya.

Aturannya adalah existing contract atau kontraktor yang ada, yang sudah mengelola blok itu diberi hak untuk mengajukan proposal, apa yang akan dikerjakan di lapangan ini. Jadi melalui sebuah proses yang fair. Kalau bicara fairness ada tiga yang harus kita lalui.

Pertama,  engagement, kami memberikan kesempatan kepada pihak yang mengajukan perpanjangan, dengan melihat proposalnya apa yang akan mereka kerjakan dengan lapangan ini, rencana seperti apa, dan berapa biaya investasi.

Kedua, explanation, kami menerangkan kepada mereka, siapa tim yang melakukan evaluasi, kapan evaluasi, bagaimana metode evaluasi, dan kapan selesai prosesnya.



Ketiga, expectation clarity, mengenai harapan pemerintah dari lapangan migas yang akan dieskplorasi.  
pemerintah inginnya kamu bayar signature bonus sekian minimum, kegiatan eksplorasi seperti apa, kegiatan produksi seperti apa, harus sekian ratus juta dollar, kami kasih tau.

Setelah proses berjalan, Pertamina diberikan kesempatan untuk melakukan hal yang sama. Pertamina juga mengajukan proposal. Pemerintah juga menyatakan harapan sekian signature bonus, dan  komitmen kerja pastinya.

Setelah kami lihat proposalnya, proposal Pertamina lebih baik dari yang lain, ya Pertamina jadi pemenangnya.
Kemudian timbul lagi prasangka, memang benar saya ketua tim evaluasi dan yang memutuskan untuk ya atau tidak itu Bapak Menteri ESDM Jonan. Tapi saya kan wakil komisaris utama Pertamina,
 
Nah dalam proses ini saya katakan, karena topi saya dua, Wakil Komisaris Utama Pertamina dan Wakil Menteri ESDM. Saya memilih menjadi Wamen dalam pengalihan blok-blok terminasi itu. Semua keputusan Pertamina diskusi dan lain-lain yang berkaitan dengan pembelian blok-blok terminasi, bagaimana strategi Pertamina dan lain-lain saya  katakan, saya enggak ikut, kalau ada meeting mengenai itu di antara komisaris, saya keluar.

Tapi kemudian tidak bisa juga menyalahkan publik yang berprasangka ada conflict of interest?

Nah makanya hari ini saya sampaikan, silakan cek di Pertamina kalau ada pembahasan tentang blok-blok terminasi, saya katakan saya akan walk out. Karena nanti surat bapak-bapak sampai ke saya. Akan ada conflict of interest, sehingga saya memilih mengambil posisi sebagai wakil menteri, bukan sebagai wakil komisaris utama.

Silahkan dicek dengan komisaris yang lain dan dengan direksi Pertamina, kalau tidak percaya. Makanya Alhamdulillah prosesnya bisa dimengerti semua pihak, nah dari proses itulah, kita lihat Pertamina mendapatkan lapangan-lapangan itu dalam proses yang fair.

Jadi Pertamina mendapatkan blok terminasi karena proposalnya jauh lebih bagus dari perusahaan-perusahaan lain yang mengajukan?

Iya.  Saya perlu koreksi sedikit,  untuk blok Mahakam prosesnya memang tidak seperti itu. Ini tim 22 WK kan terbentuk sekitar awal 2018. Nah blok-blok yang diterminasi setelah 2018.



Kemudian dari blok terminasi yang dikelola Pertamina hingga hari ini seberapa besar hasilnya, apakah memuaskan pak?

Tentu ini perlu pembelajaran bagi Pertamina juga ya, bahwa blok yang dipercayakan oleh pemerintah untuk dikelola Pertamina harus menunjukan kinerjanya. Kepercayaan Pemerintah harus dibayar lewat kinerja.

Kalau tidak nanti pertanyaan dari Katadata seperti ini, kenapa dulu dikasih ke Pertamina, jeblok kan sekarang. Pertamina harus menunjukan kinerjanya.

Mengenai keputusan berdasarkan proposal, bisa saja penilaiannya meleset?

Itu berdasarkan evaluasi karena di sini ada SKK migas, Dirjen Migas, dan staf ahli. Untuk melihat siapa kami berikan blok ini nih agar kami berikan kepercayaan untuk memberikan pengelolaan selanjutnya. Sebisa mungkin kami berusaha melakukan proses yang sangat transparan dan fair.

Kalau nantinya ada hasil yang belum sesuai dengan harapan, apakah ini perfect atau enggak, ini adalah sebuah ikhtiar manusia untuk mencari jalan terbaik untuk dalam pengelolaan blok-blok migas kita selanjutnya. Hasilnya ke depan, satu detik setelah ini kita tidak tahu menjadi apa, mau seperti apa, kalau ada hasil yang kurang memuaskan maka perlu mengkoreksinya.

Terkait  isu nasionalisasi di industri migas, sebagian publik memahaminya seperti itu. Untuk kepentingan investasi apa itu bagus?

Bahasanya bukan nasionalisasi, tapi fairness process, maka kita bikin tim 22 WK, itu bukan nasionalisasi, tapi memberikan kesempatan secara adil kepada investor lokal  maupun international untuk berkompetisi secara fair.