Ancaman Besar Ledakan Virus Corona dari Mudik Lebaran

ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga
Kendaraan pemudik terjebak macet di Tol Cikampek, Jawa Barat, Jumat (7/6/2019). Pada H+2 lebaran, Tol Cikampek mulai dipadati kendaraan pemudik yang akan kembali ke Jakarta.
Penulis: Muchamad Nafi
28/3/2020, 09.00 WIB

Mungkin karena itu Walikota Tegal Dedy Yon Supriyono pada Rabu kemarin memberlakukan semacam karantina wilayah atau lockdown. Dedy beralasan Kota Tegal sudah masuk zona merah persebaran virus Covid-19. Beton movable concrete barrier (MBC) dipasang di semua akses menuju Kota mulai 30 Maret sampai 30 Juli 2020. Kecuali jalan provinsi dan nasional.

Dedy juga akan membubarkan orang-orang yang berkerumun di ruang publik. Bagi mereka yang berkumpul di malam hari maka lampu penerangan akan dipadamkan. Hingga Kamis kemarin, Dinas Kesehatan Kota Tegal mencatat 41 ODP, 13 PDP, satu orang positif corona, dan satu orang meninggal. “Lebih baik saya dibenci warga daripada maut menjemput mereka,” ujarnya.

(Baca: Tanggap Corona, Pengusaha Warteg Gratiskan Makan 100 Orang per Hari)

Jika mengacu pada tahun kemarin, terminal merupakan salah satu tempat yang mesti diawasi dengan ketat. Sebab, sebagian pemudik banyak yang menggunakan moda transportasti ini. Menurut Survei Potensi Pemudik Angkutan Lebaran Tahun 2019, sebanyak 4,46 juta orang pemudik dari Jabodetabek akan menggunakan bus. Adapun pengguna mobil pribadi sekitar 4,3 juta orang.

Walau demikian, mereka yang menggunakan kereta juga tidak kalah sedikit. Moda transportasi ini diperkirakan mengangkut 2,49 juta pemudik. Adapun pesawat digunakan oleh 1,41 juta orang. Dan yang pulang kampung naik sepeda motor mencapai 942.621 orang.

Neraca Minus Kemaslahatan Mudik di Tengah Virus Corona yang Mengganas

Mudik memang bukan ajaran Islam. Namun di beberapa negara yang mayoritasnya kaum muslim, pulang kampung pada saat perayaaan sudah menjadi tradisi, seperti di Indonesia dan Malaysia. Mengunjungi keluarga, kerabat, dan handai taulan untuk salaing meminta maaf selepas sebulan menjalani puasa menjadi agenda utamanya.

Namun dalam situasi saat ini, Wakil Presiden Ma'ruf Amin meminta masyarakat tidak mudik agar upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 di seluruh daerah Indonesia dapat optimal. “Ada bahaya yang mungkin terjadi, baik di perjalanan maupun di kerumunan. Ada risiko penularan Covid-19 ketika berada di kampung halaman,” kata Ma'ruf Amin.

(Baca: Faisal Basri Minta Pemerintah Segera Lockdown agar Ekonomi Cepat Pulih)

Ma’ruf, yang masih menjabat Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, berujar bahwa silaturahmi bisa dilakukan tanpa harus bertemu secara fisik dan berkumpul dengan banyak orang. Perkembangan teknologi dan media sosial bisa dimanfaatkan untuk mempererat tali persaudaraan.

FATWA JENAZAH PASIEN POSITIF COVID-19 (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/ama.)

Baginya, silaturahmi dapat secara online, termasuk berkomunikasi untuk menyampaikan Lebaran. “Karena menurut agama juga begitu. Kalau ada maslahat yang bisa kita dapat tetapi ada bahaya, prinsip yang harus dipakai adalah menolak bahaya itu lebih didahulukan,” ujarnya.

Seharusnya Presiden Jokowi serta sejumlah menteri menggelar sidang kabinet terbatas lewat telekonferensi, Kamis siang kemarin, untuk membahas kebijakan mudik. Namun rapat tersebut ditunda lantaran mantan Walikota Solo itu menghadiri pemakaman ibunya, Sudjiatmi Notomiharjo.

Pemerintah masih menimbang apakah kebijakan untuk tidak mudik bersifat larangan atau sekadar imbauan. “Akan kami tentukan dalam sidang ratas kabinet yang akan datang,” kata Ma’ruf.

Dalam rangka menekan pergerakan mudik, Kementerian Agama juga akan meminta ormas Islam turut menyampaikan anjuran tersebut. “Keselamatan rakyat adalah hukum tertinggi. Mudik membuka peluang penyebaran virus corona ke seluruh Indonesia,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Doni Monardo dalam rapat dengan Kementerian Koordinator Kemaritiman.

Reporter: Antara