Jurus Akhlak ala Erick Thohir Bersihkan BUMN

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari
Menteri BUMN Erick Thohir merombak direksi perusahaan pelat merah, seperti Pertamina, PLN, Garuda, BTN, dan Bank Mandiri. Langkah ini dilakukan dalam jangka waktu kurang dari dua bulan sejak ia menjabat pada 23 Oktober 2019.
Penulis: Sorta Tobing
12/12/2019, 07.00 WIB

Lalu, Sarinah pun kena kritik. Strategi bisnis yang dijalankan BUMN itu ia nilai sudah kuno. Peritel itu masih menjalankan bisnis seperti biasa, padahal sekarang eranya e-commerce.

Ia meminta Sarinah menyesuaikan diri dengan dunia digital. Sarinah bisa menjadi titik distribusi bersama PT Pos Indonesia, dengan menyediakan gudang untuk e-commerce besar, seperti Tokopedia.

Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan Kementerian akan fokus mengembalikan anak dan cucu perusahaan-perusahaan pelat merah ke bisnis intinya. "Banyak anak-anak perusahaan yang dibuat tidak tahu dasarnya," kata dia.

Selain hotel, Erick juga menyoroti 11 perusahaan BUMN di sektor air minum. Banyak pula yang bergerak di bidang logistik dan rumah sakit.

(Baca: Masalah yang Menggerogoti Keuangan PT PANN)

Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri BUMN Erick Thohir ketika mengadakan konferensi pers terkait penyelundupan motor Harley-Davidson di pesawat baru Garuda di Kantor Kementerian Keuangan, Jakarta, Kamis (5/12). (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Polesan Erick Thohir di Inter Milan

Urusan poles-memoles perusahaan sebenarnya bukan hal baru untuk Erick. Ketika menjadi presiden klub sepak bola Italia, Internazionale Milano atau Inter Milan, ia juga melakukan hal serupa.

Ia masuk ke klub berusia lebih 100 tahun itu pada 2013. Sebanyak 70% saham Inter Milan ia beli melalui International Sport Capital dari keluarga Massimo Moratti. Nilai transaksinya dikabarkan mencapai US$ 460 juta.

Ketika awal ia masuk, Inter Milan dalam keadaan kritis. Keuangannya terpuruk, begitu pula dengan prestasinya yang tak lagi masuk Liga Champions.

Tapi publik Italia tak menyukai kehadirannya. Erick orang baru di lapangan hijau dan bukan dari negara yang punya prestasi bagus di sepak bola. Mereka kadung cinta dengan Moratti yang tak pernah lepas dari citra Inter.

(Baca: Erick Thohir Terbitkan Larangan Pemberian Cinderamata Saat RUPS BUMN)

Apalagi Erick sempat melakukan blunder ketika mengatakan sudah mengikuti Inter sejak zaman Trio Belanda. Julukan ini mengacu pada pemain sepak bola Ruud Gullit, Marco van Basten, dan Frank Rijkaard. Ketiganya merupakan pemain hebat, tapi sayangnya tidak pernah bermain untuk Inter, tapi AC Milan.

Erick kemudian mengoreksi ucapannya. Yang ia maksud adalah Trio Jerman, yaitu Lothar Matthäus, Andreas Brehme, dan Jürgen Klinsmann. Trio ini mengenakan kaos Inter ketika Jerman memenangkan Piala Dunia 1990.

Kebijakannya juga tak kalah kontroversial. Ia tak ragu memecat legenda sepak bola Frank de Boer, Walter Mazzarri, dan Roberto Mancini dari kursi pelatih. Mancini sekarang menjadi pelatih tim nasional Italia.

Pemecatan itu Erick lakukan karena ketiganya gagal mencapai target. Fans Inter sudah pasti kecewa. Tapi ia tak ciut nyali dengan tekanan publik dan media. Pemain, staf, hingga manajemen ia rombak tanpa ragu.

Ketika meninggalkan Inter pada 2018, ia menepati janjinya, memasukkan Inter kembali ke Liga Champions. Polesannya sukses membawa klub itu meraih profit sekitar 180 juta euro (sekitar Rp 2,8 triliun) dalam kurun waktu kurang dari lima tahun.