Ketegangan di Timur Tengah Kerek Harga Minyak ke US$ 64,8 per Barel

ANTARA FOTO/VIDEOS OBTAINED BY REUTERS
Serangan ke kilang Saudi Aramco pada sabtu (14/9) lalu. Harga minyak Jumat (20/9) naik buntut dari ketegangan akibat srangan ini.
20/9/2019, 10.45 WIB

Harga minyak dunia kembali menguat pada perdagangan hari ini (20/9). Analis menilai kenaikan ini disebabkan oleh ketegangan di Timur Tengah, buntut serangan di fasilitas kilang milik Saudi Aramco akhir pekan lalu.

Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka jenis Brent naik US$ 0,51 sen menjadi US$ 64,86 per barel pada pukul 07.47 WIB hari ini. Sedangkan minyak mentah berjangka jenis West Texas Intermediate (WTI) naik hingga US$ 58,65 per barel.

Seperti diketahui, serangan pada akhir pekan lalu menghancurkan sekitar setengah dari produksi minyak mentah Arab Saudi. Ketegangan semakin meningkat saat Amerika Serikat (AS) dan Arab Saudi menuding Iran sebagai aktor dibalik serangan tersebut.

"Industri minyak Saudi bisa terancam lagi dan kita bisa melihat lebih banyak gangguan pasokan dari Teluk Persia," kata Wakil Presiden Riset Pasar di Tradition Energy, Gene McGillian dikutip Reuters, Jumat (20/9).

(Baca: Drone Pemberontak Yaman Serang Kilang Minyak Terbesar Arab Saudi)

Arab Saudi—sebagai pengekspor minyak mentah terbesar di dunia—menuding serangan yang melumpuhkan fasilitas minyaknya didalangi oleh sainganya di regional, yakni Iran. Militer AS juga mengatakan sedang berkonsultasi dengan Arab Saudi mengenai langkah untuk mengurangi ancaman di kawasan.

Presiden AS Donald Trump mengatakan, ada banyak pilihan selain perang. Trump juga telah memerintahkan Departemen Keuangan untuk meningkatkan sanksi terhadap Iran secara substansial.

Namun, Iran membantah terlibat dalam serangan itu dan memperingatkan Trump agar tidak diseret dalam perang. (Baca: Iran Bantah Jadi Dalang Serangan ke Kilang Minyak Milik Arab Saudi)

Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo mengatakan Washington telah membahas kemungkinan pembalasan dengan Arab Saudi dan sekutu Teluk lainnya, namun hingga saat ini diplomasi menjadi opsi utama.

"Kami di sini untuk membangun koalisi yang bertujuan mencapai perdamaian," kata Pompeo.

Reporter: Verda Nano Setiawan