Pertamina melalui anak usaha, Pertamina Geothermal Energy (PGE), terus meningkatkan produksi energi dari panas bumi. Perusahaan plat merah tersebut memiliki kapasitas terpasang mencapai 1.877 Megawatt (MW).
“Dengan total kapasitas terpasang sebesar itu, anak usaha Pertamina ini menduduki posisi ke-6 di antara perusahaan panas bumi terbesar di dunia. Kami optimis, ke depan akan mencapai target yang lebih besar,” ujar Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H Samsu dalam siaran pers pada Selasa (12/11).
Dari 11 WKP yang telah beroperasi, PGE mengoperasikan sendiri lima area produksi dan satu proyek yang selesai konstruksi. Total kapasitas terpasang dari enam WKP tersebut mencapai sebesar 672 MW.
Secara rinci, keenam proyek tersebut terdiri dari Area Kamojang Jawa Barat dengan kapasitas terpasang sebesar 235 MW, Area Lahendong Sulawesi Utara sebesar 120 MW, Area Karaha Jawa Barat sebesar 30 MW, Area Ulubelu Lampung sebesar 220 MW, Area Sibayak Sumatra Utara sebesar 12 MW, dan Proyek Lumut Balai Unit I Sumatera Selatan dengan kapasitas 55 MW.
(Baca: Pertamina Investasi Rp 37,6 T, Kapasitas Panas Bumi Naik 2 Kali Lipat)
Di samping itu, PGE juga melaksanakan pengusahaan WKP melalui skema Joint Operation Contract (JOC). Dalam skema ini, pembangunan dan pengoperasian lapangan panas bumi yang berada pada WKP PGE dilaksanakan oleh Kontraktor JOC.
Saat ini ada lima JOC yang dikelola oleh PGE, yaitu JOC Sarulla di Sumatera Utara, JOC Cibeureum Parabakti (Salak) di Jawa Barat, JOC Darajat di Jawa Barat, JOC Pangalengan (Wayang Windu) di Jawa Barat, dan JOC Tabanan di Bali. Secara keseluruhan, total kapasitas terpasang JOC mencapai 1.205 MW.
“Dari seluruh WKP yang dikelola PGE baik own operation maupun JOC, Pertamina berkontribusi sekitar 91% dari total kapasitas terpasang geothermal di Indonesia,” ujjar Dharmawan.
Selain itu, Pertamina juga mengembangkan tiga proyek panas bumi dan tiga WKP yang dalam tahap eksplorasi. Hasil produksi uap dari proyek panas bumi dapat dimanfaatkan untuk pembangkit listrik.
“Kami akan terus mendukung pemerintah dan PLN untuk mempercepat target 35 ribu MW kelistrikan nasional,” kata Dharmawan.
(Baca: Menteri ESDM: Pemanfaatan EBT Minim, Hanya 8% Dari Potensi 400 MW)
International Renewable Energy Agency (IRENA) mencatat produksi Energi Baru Terbarukan (EBT) Indonesia terus meningkat. Pada 2000, produksi EBT mencapai 19.599,8 GWH. Angka tersebut meningkat 111% menjadi 41.314 GWH pada 2017.
Sedangkan kapasitas terpasang listrik EBT pada 2010 baru 5.475,4 MW. Namun, pada 2018 kapasitas terpasang listrik EBT naik 73% menjadi 9.484 MW.
Dalam RUPTL 2019-2028, pemerintah menargetkan bauran pembangkit listrik EBT sebesar 11,4% pada 2019. Kemudian terus meningkat menjadi 23,2% pada 2028. Data selengkapnya terkait produksi EBT Indonesia seperti grafik Databoks di bawah ini: