Pasar Masih Khawatirkan Virus Corona, Dua Faktor Kerek Harga Minyak

ANTARA FOTO/REUTERS/Stephanie McGehee
Ilustrasi, pedagang saham Kuwait terlihat di aula perdagangan pasar saham Kuwait Boursa di kota Kuwait, Kuwait, Senin (16/9/2019).
2/3/2020, 09.00 WIB

Harga minyak dunia naik pada hari ini, meski pasar masih mengkhawatirkan meluasnya wabah virus corona. Ada dua faktor yang membuat harga komoditas ini meningkat yakni terkait produksi dan stimulus bank sentral.

Berdasarkan data Bloomberg, pada pukul 08.58 WIB hari ini (2/3), harga minyak Brent untuk kontrak Mei 2020 naik 1,87% ke level US$ 50,6 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak April 2020 naik 1,25% ke level US$ 45,32 per barel.

Pembatalan penerbangan dan larangan bepergian oleh beberapa negara-negara akibat wabah virus corona memicu kekhawatiran terkait ekonomi global. Belum lagi, aktivitas pabrik di Tiongkok menyusut sangat cepat pada bulan lalu.

(Baca: Harga Minyak Dunia Jatuh ke Level Terendah dalam Setahun)

Hal itu membuat harga minyak terus turun. “Itu cukup negatif pada permintaan minyak mentah dan produk di seluruh dunia," kata Head of Commodity Research National Australia Bank Lachlan Shaw dikutip dari Reuters, Senin (2/3).

Namun, pemerintah Arab Saudi mendorong pemotongan produksi minyak satu juta barel per hari selama minggu ini. Lalu, beberapa bank sentral semakin mengisyaratkan keinginan untuk mengintervensi dan mendukung pasar dengan memangkas suku bunga.

Kedua hal itu membuat harga minyak menguat pada perdagangan awal pekan ini. "Jadi ini keseimbangan dan itu akan sangat tidak stabil,” kata Shaw.

(Baca: Virus Corona Tekan Harga Minyak Anjlok ke Level Terendah dalam 5 Tahun)

Beberapa anggota kunci Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) sedang mempertimbangkan pengurangan produksi tambahan satu juta barel per hari. Sebab, jumlah tersebut melebihi usulan awal 600 ribu barel per hari.

OPEC dan sekutunya termasuk Rusia memang telah mengekang produksi minyak 1,7 juta barel per hari, yang akan diterapkan hingga akhir Maret. Namun, Arab Saudi usul untuk meningkatkan pemotongan produksi minyak lantaran pasar semakin khawatir wabah virus akan memukul permintaan.

"Harga saat ini tidak berfungsi untuk sebagian besar kelompok OPEC+ sebagaimana adanya," Head of Commodity Strategy di RBC Capital Markets Helima Croft.

(Baca: Harga Minyak Bangkit setelah Jatuh Akibat Kekhawatiran Virus Corona)

Reporter: Verda Nano Setiawan