Harga minyak kembali tertekan pada hari ini. Beberapa analis bahkan memperkirakan harganya bisa anjlok ke level US$ 10 akibat pandemi corona, atau terendah sejak krisis moneter 1998. Karena itu, Amerika Serikat (AS) mendesak Arab Saudi dan Rusia rujuk.
Sejak awal tahun ini, harga minyak melemah lebih dari 60%. "Dunia berada pada waktu yang luar biasa," kata Komisaris otoritas industri minyak dan gas Texas Railroad Ryan Sitton dikutip dari The Economist, Jumat (27/3). "Kita perlu mempertimbangkan solusi luar biasa."
Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (27/3) Pukul 06.56 WIB, harga minyak Brent untuk kontrak Mei 2020 turun 3,83% menjadi US$ 26,34 per barel. Sedangkan harga minyak jenis WTI untuk kontrak Mei 2020 di level US$ 23,16 per barel.
(Baca: Harga Minyak Diramal Anjlok ke US$ 10, Terendah Sejak Krisis Moneter)
Sebenarnya, negara-negara pengekspor minyak dan Rusia atau OPEC+ sudah memangkas produksi minyak. Namun, kesepakatan itu berakhir bulan ini.
Arab Saudi pun mengusulkan untuk memperpanjang masa penurunan produksi, dan bahkan menambah volume pemangkasannya. Namun, Rusia menolak rencana itu. Alhasil, kedua negara justru berencana menambah pasokan.
Padahal, permintaan minyak terus menurun akibat pandemi corona. Analis Morningstar memperkirakan permintaan minyak turun 2,8 juta barel per hari tahun ini, atau penurunan selama setahun terbesar dalam hampir 40 tahun.
Konflik antara Arab Saudi dan Rusia, serta pandemi corona membuat harga minyak semakin tertekan. Beberapa analis memperkirakan harganya bisa menyentuh US$ 10 tahun ini.
(Baca: Masuki Masa Tersuram, Analis Prediksi Harga Minyak di Bawah US$ 20)
Khawatir akan hal itu, AS mendesak Arab Saudi dan Rusia rujuk. Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan, sekretaris Menteri Luar Negeri Mike Pompeo sudah berbicara dengan Pangeran Mahkota Saudi Mohammed bin Salman pada Selasa lalu.
"Sekretaris Pompeo dan Putra Mahkota berfokus pada kebutuhan minyak, untuk menjaga stabilitas di pasar energi global di tengah respons dunia," kata juru bicara dalam pernyataan resminya, dikutip dari CNBC Internasional.
Sekretaris menekankan bahwa sebagai pemimpin G20 dan di bidang energi, Arab Saudi punya peluang untuk menstabilkan harga minyak. “Juga meyakinkan kembali pasar energi global dan keuangan ketika dunia menghadapi ketidakpastian ekonomi yang serius," katanya.
Dalam pernyataan bersama, Pompeo dan bin Salman menyatakan keprihatinan mendalam atas pandemi corona. Keduanya juga menggarisbawahi perlunya semua negara untuk bekerja sama mengatasi wabah tersebut.
(Baca: Anjlok Terdalam Sejak 1991, Harga Minyak Bisa Picu Gelombang Deflasi)