Pertamina NRE & CREC, Dorong Akselerasi EBT
Pertamina melalui anak usahanya, Pertamina New & Renewable Energy (NRE), semakin memperkuat langkah transformasi menuju energi hijau. Baru-baru ini, Pertamina NRE resmi mengakuisisi 20 persen saham perusahaan asal Filipina, Citicore Renewable Energy Corporation (CREC).
Akuisisi ini merupakan strategi penting bagi Pertamina dalam memperluas portofolio energi baru terbarukan (EBT). Dengan menggandeng CREC, Pertamina tak hanya menambah aset luar negeri, tetapi juga membuka jalan bagi sinergi yang mendukung pengembangan energi bersih di Indonesia.
Kolaborasi ini memiliki beragam manfaat. Dari sisi nasional, kolaborasi Pertamina NRE dan CREC akan mendukung target ambisius pemerintah dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034, di mana ditetapkan porsi pembangkit EBT sebesar 61%. Ini penting agar Indonesia bisa mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Tidak hanya itu, melalui kerja sama ini diharapkan terjadi transfer teknologi dan pengetahuan, khususnya dalam pengembangan PLTS. Kapabilitas nasional dalam pembangunan energi surya dapat meningkat pesat. Bahkan target percepatan pembangunan panel surya bisa mencapai 2 megawatt peak (MWp) per hari.
Selain meningkatkan kemampuan nasional, kerja sama ini juga berkontribusi pada peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN). Ini sejalan dengan upaya pemerintah mendorong industri lokal agar lebih kompetitif dalam ekosistem energi hijau.
Kerja sama ini juga memperkuat posisi Indonesia dalam komitmen global menurunkan emisi karbon. Dengan portofolio proyek yang terus berkembang, Indonesia diharapkan mampu menjadi salah satu pemimpin transisi energi bersih di kawasan Asia Tenggara.
Dari sisi investasi, potensi yang dihasilkan sangat besar. Selain itu, CREC saat ini telah mengoperasikan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) berkapasitas 287 Megawatt (MW) hingga serta menargetkan total 5 Gigawatt (GW) dalam lima tahun ke depan.
Untuk pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB), CREC memiliki proyek dalam pengembangan dengan kapasitas sebesar 803 MW.
Ke depan, Pertamina NRE dan CREC tidak hanya akan fokus pada PLTS dan PLTB, tetapi juga membuka peluang pengembangan kredit karbon.
Ini menjadi tonggak penting bagi Indonesia dalam membangun sistem energi yang lebih hijau, sekaligus menciptakan peluang ekonomi baru dari pasar karbon global.