Kesepakatan Dagang Makin Dekat, Uni Eropa Bakal Kena Tarif 15% dari AS

Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) semakin mendekati kesepakatan dagang yang akan menetapkan tarif timbal balik sebesar 15% atas sejumlah produk impor dari Eropa.
Kesepakatan ini disebut-sebut sebagai upaya untuk menghindari ancaman Presiden AS Donald Trump yang berencana menaikkan tarif tersebut hingga 30% mulai 1 Agustus.
Menurut laporan Financial Times yang mengutip tiga sumber yang mengetahui pembicaraan ini, kesepakatan ini bisa menjadi kompromi bagi kedua pihak di tengah tekanan perang dagang yang semakin meningkat.
"Kesepakatan dengan Jepang telah memperjelas bentuk tekanan yang diberikan. Sebagian besar negara anggota sebenarnya menahan napas, tapi kemungkinan akan menerima kesepakatan ini," kata seorang diplomat Uni Eropa dikutip dari Financial Times, Kamis (24/7).
Dalam perjanjian yang tengah dibahas, kedua belah pihak disebut akan saling menghapus tarif untuk beberapa produk, termasuk pesawat, minuman beralkohol, dan alat kesehatan.
Komisi Eropa, yang bertanggung jawab atas kebijakan dagang Uni Eropa, telah memberi penjelasan kepada para duta besar negara anggota setelah melakukan pertemuan dengan pihak AS pada Rabu.
Kabar mengenai kemungkinan tercapainya kesepakatan ini langsung berdampak pada pasar keuangan. Nilai tukar euro yang sebelumnya melemah berhasil pulih dan bergerak stabil terhadap dolar AS. Sementara itu, indeks saham AS S&P 500 menguat 0,6%.
Sejak April, AS telah memberlakukan tambahan tarif 10% atas ekspor dari Uni Eropa, di luar tarif standar sebelumnya yang rata-rata sebesar 4,8%.
Menurut para sumber, tarif 15% yang disepakati nantinya akan mencakup seluruh beban tarif tersebut, sehingga secara teknis tidak jauh berbeda dengan kondisi saat ini. Misalnya, tarif untuk mobil yang sebelumnya mencapai 27,5% akan turun menjadi 15%.
Tanggapan Kanselir Jerman
Kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan bahwa ia mendengar kesepakatan dagang antara AS dan Uni Eropa akan segera tercapai. “Kami mendengar saat ini juga bahwa sebuah keputusan bisa segera diumumkan,” ujar Merz saat menyambut Presiden Prancis Emmanuel Macron dalam pertemuan bilateral di Berlin.
Sebelumnya, Presiden Donald Trump telah memberlakukan tarif tambahan pada sektor otomotif dan suku cadang dengan alasan keamanan nasional. Pejabat Uni Eropa pun telah mendorong agar mobil Eropa dikecualikan dari beban tarif tersebut.
Dua sumber mengatakan bahwa kesepakatan AS-Jepang beberapa waktu lalu telah mendorong Brussels untuk secara "terpaksa" menerima tarif timbal balik yang lebih tinggi demi menghindari perang dagang besar.
Namun, Uni Eropa tidak akan tinggal diam jika AS terus menekan. Jika Trump tetap menaikkan tarif menjadi 30%, Uni Eropa bisa membalas dengan menggunakan instrumen anti-koersi (Anti-Coercion Instrument/ACI) atau yang dijuluki “bazoka dagang”.
Alat ini memungkinkan Brussels untuk memblokir perusahaan AS dari tender publik, mencabut perlindungan hak kekayaan intelektual, hingga membatasi ekspor-impor dari dan ke AS.