Inflasi AS Melonjak, Harga Kopi hingga Mainan Naik Imbas Tarif Trump


Inflasi di Amerika Serikat (AS) melonjak pada Juni 2025. Kenaikan ini terjadi seiring mulai terasanya dampak tarif impor yang diterapkan oleh Presiden Donald Trump.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan, indeks harga konsumen naik 2,7% secara tahunan (yoy) pada Juni, lebih tinggi dibandingkan Mei sebesar 2,4%. Kenaikan ini menjadi yang tercepat sejak Februari.
Lonjakan harga terutama disebabkan oleh naiknya biaya energi dan sewa perumahan. Namun, beberapa komoditas lain mulai terdampak tarif, seperti harga kopi melonjak 2,2% dari Mei ke Juni, buah jeruk naik 2,3%, mainan naik 1,8%, peralatan rumah tangga naik 1,9% dan pakaian naik 0,4%, yang merupakan pertama kali naik dalam beberapa bulan terakhir.
“Ada tanda-tanda awal inflasi yang kemungkinan dipicu oleh tarif, terutama di kategori peralatan rumah tangga dan furnitur. Dan tren ini kemungkinan akan semakin kuat dalam beberapa bulan ke depan," kata Kepala Riset Ekonomi AS di Fitch Ratings Olu Sonola, Selasa (15/7), dikutip dari BBC,
Trump sebelumnya memberlakukan tarif 10% untuk sebagian besar barang impor, bahkan lebih tinggi untuk produk strategis seperti baja dan mobil. Meski sempat menunda rencana penaikan tarif, ia kembali mengancam akan menaikkan bea masuk dari hampir semua negara mulai 1 Agustus 2025.
Pekan ini, Trump mengklaim telah mencapai “kesepakatan besar” dengan Indonesia, meski tanpa merinci isi perjanjian tersebut. Sejauh ini, kesepakatan dagang yang sudah dicapai justru tetap membuat tarif barang impor lebih tinggi dari awal tahun.
Trump beralasan, tarif ini untuk melindungi industri lokal, mendorong produksi dalam negeri, menciptakan lapangan kerja, dan menambah pendapatan negara. Namun, banyak ekonom menilai beban biaya justru berpotensi dialihkan ke konsumen.
Bank Sentral AS (The Fed) pun masih enggan memangkas suku bunga, menunggu dampak tarif terhadap perekonomian lebih jelas. Analis memperkirakan The Fed tidak akan mengambil langkah apa pun dalam pertemuan bulan ini dan masih berbeda pendapat soal potensi penurunan suku bunga pada September.