Harga Minyak Dunia Belum Stabil, Sri Mulyani Yakin Tak Tembus US$ 100 per Barel


Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memproyeksikan harga minyak dunia belum stabil pada semester II 2025. Namun ia yakin tak akan tembus US$ 100 per barel, tapi bergerak di kisaran US$ 66 hingga US$ 94 per barel.
Hal ini mencerminkan tingginya ketidakpastian global yang masih membayangi pasar energi. “Kami memperkirakan harga minyak cukup lebar, antara US$ 66 hingga 94 per barel di semester II,” ujar Sri Mulyani di Jakarta, Rabu (3/7).
Menurutnya, proyeksi ini mempertimbangkan berbagai faktor, mulai dari dinamika geopolitik global, ketegangan di Timur Tengah, hingga arah kebijakan negara-negara produsen minyak.
Sri Mulyani mengakui harga minyak sempat melonjak akibat eskalasi konflik di Timur Tengah, khususnya pasca-insiden pengeboman di Iran oleh Israel. Namun, ia optimistis situasi perlahan akan mereda sehingga harga minyak tidak akan menembus batas psikologis US$ 100 per barel hingga akhir 2025.
“Semoga tetap terjaga suasana kondusif dari sisi geopolitik dan perang di Timur Tengah,” katanya.
Beragam Proyeksi Global
Sri Mulyani juga memaparkan sejumlah proyeksi harga minyak dari lembaga-lembaga internasional yang menunjukkan angka bervariasi. Lembaga Energi Dunia (IEA) memproyeksikan harga minyak di angka US$ 66 per barel, Bloomberg memperkirakan US$ 69 , sementara Bank Dunia lebih konservatif di level US$ 64 per barel.
Selain itu, pergerakan harga minyak mentah Indonesia (ICP) pada semester I 2025 tercatat mengalami tren penurunan, dipengaruhi oleh lemahnya permintaan global serta dinamika kebijakan luar negeri.
“Intervensi Amerika Serikat terhadap kebijakan OPEC+ untuk meningkatkan produksi mulai Juli 2025, serta peluang tercapainya kesepakatan dagang AS-China, turut memengaruhi ekspektasi pasar,” kata Sri Mulyani.
Meski demikian, ia mengingatkan bahwa harga minyak di semester II masih akan sangat dinamis, terutama terkait potensi gangguan suplai akibat konflik di Timur Tengah. Di sisi lain, ada sinyal bahwa OPEC+ tetap akan melanjutkan rencana peningkatan produksi guna menjaga keseimbangan pasar.
Proyeksi Lifting Minyak dan Gas
Terkait produksi minyak dan gas nasional, pemerintah memproyeksikan lifting minyak pada semester II 2025 akan berada di kisaran 593 ribu hingga 597 ribu barel per hari, termasuk tambahan produksi dari lapangan minyak Banyu Urip. Sementara lifting gas diperkirakan sebesar 976 ribu hingga 980 ribu barel setara minyak per hari.
“Untuk lifting minyak, selain tambahan dari lapangan Banyu Urip, angkanya diperkirakan sekitar 593 hingga 597 ribu barel per hari. Sedangkan gas masih di bawah 1 juta, yaitu 976 hingga 980 ribu barel setara minyak per hari,” kata Sri Mulyani.