Jurus BI Perkuat Rupiah: Intervensi Pasar hingga Borong SBN di Pasar Sekunder


Bank Indonesia (BI) berkomitmen menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui berbagai langkah, mulai dari intervensi di pasar valas hingga pembelian Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder.
Untuk mencapai stabilitas tersebut, BI mengoptimalkan berbagai instrumen kebijakan, yang mencakup intervensi di pasar offshore, pasar spot, dan pasar Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).
“Apabila diperlukan, BI akan melakukan transaksi, terutama pembelian di pasar SBN dalam negeri,” ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso di Gedung BI, Senin (26/5).
Denny mengatakan, hingga saat ini BI telah membeli SBN di pasar sekunder lebih dari Rp90 triliun. Tujuannya adalah untuk menjaga kondisi likuiditas perbankan agar penyaluran kredit tetap optimal.
“Kami berharap supaya likuiditas itu bisa maksimal untuk disalurkan ke kredit perbankan,” kata dia.
Menurut Denny, langkah ini telah memperhitungkan dampaknya terhadap suku bunga dan stabilitas pasar uang. “Ini menunjukkan bahwa sebenarnya perbankan mampu mengelola likuiditas dengan baik dan gejolak hampir tidak ada di pasar uang domestik,” katanya.
Hingga 16 Mei 2025, rupiah tercatat menguat 2,6%. Jika dibandingkan dengan negara kawasan, Thailand mencatat penguatan 2,95%, Malaysia 2,64%, Singapura 1,9%, dan Filipina 1,03%.
“Alhamdulillah rupiah mengalami penguatan 2,6% dan BI terus komitmen untuk berada di pasar, menjaga mekanisme supply and demand serta volatilitas nilai tukar agar tetap stabil dari waktu ke waktu,” ujarnya.
BI Borong SBN Rp 96,41 Triliun pada Mei 2025
BI menargetkan pembelian SBN sepanjang 2025 mencapai Rp 150 triliun. Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa hingga 20 Mei 2025, BI telah membeli SBN sebesar Rp96,41 triliun.
Dari jumlah itu, Rp64,99 triliun dibeli dari pasar sekunder, dan Rp31,42 triliun dari pasar primer, termasuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN) konvensional dan syariah.
Dia menegaskan bahwa pembelian SBN di pasar sekunder dilakukan untuk memperkuat ekspansi likuiditas kebijakan moneter. "Ini mencerminkan sinergi erat antara kebijakan moneter dengan kebijakan fiskal pemerintah,” kata Perry dalam konferensi pers, Rabu (21/5)
Diketahui, aksi pembelian SBN ini membantu menjaga likuiditas perbankan tetap longgar agar fungsi intermediasi berjalan lancar. Dengan likuiditas yang terjaga, tekanan jual aset dan kebutuhan dolar dapat ditekan, sehingga turut mendukung stabilitas bahkan potensi penguatan nilai tukar rupiah.