Rupiah Melemah Usai IMF Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Global

Agatha Olivia Victoria
21 Januari 2020, 09:30
imf, rupiah melemah, dolar as
ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Petugas menata uang Dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (28/11/2019). Nilai tukar rupiah pada pembukaan pasar pagi ini, Selasa (21/1) melemah 0,03% ke level Rp 13.644 per dolar AS.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Nilai tukar rupiah pada pembukaan pasar pagi ini, Selasa (21/1) melemah 0,03% ke level Rp 13.644 per dolar AS. Tak lama setelah sesi pembukaan, rupiah semakin tergelincir hingga Rp 13.649 per dolar AS pada pukul 08.29 WIB.

Selain rupiah, mayoritas mata uang Asia turut melemah pagi ini. Mengutip Bloomberg, dolar Hong Kong turun 0,04%, dolar Singapura 0,1%, dolar Taiwan 0,08%, won Korea Selatan 0,65%, peso Filipina 0,15%, rupee India 0,04%, yuan Tiongkok 0,22%, dan ringgit Malaysia 0,17%. Namun, yen Jepang dan baht Thailand masih berhasil menguat dengan kenaikan 0,16% dan 0,01%.

Vice President Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menuturkan, sentimen positif dari penandatanganan hubungan dagang AS dan Tiongkok masih akan mendukung pergerakan rupiah hari ini. Namun ia mengingatkan adanya sentimen negatif yang bisa menghambat laju mata uang Garuda.

"Tapi pelaku pasar harus mewaspadai sentimen negatif dari prediksi Dana Moneter Internasional atau IMF, "kata Tjendra kepada Katadata.co.id, Selasa (21/1).

(Baca: Rupiah Mengawali 2020 Paling Kuat di ASEAN, Berikut Faktornya)

IMF telah memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi tahun ini menjadi 3,3% dari proyeksi pada Oktober 2019 sebesar 3,4%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu juga diturunkan dari 3% menjadi 2,9%, sedangkan tahun depan dari 3,6% menjadi 3,4%.

"Revisi tersebut disebabkan proyeksi pemulihan untuk pertumbuhan global yang masih belum pasti," kata Penasihat Ekonom dan Direktur Departemen Riset Gita Gopinath seperti diuktip dalam World Economic Outlook, Senin (20/1).

 IMF memperkirakan pertumbuhan global tahun ini stabil meski masih lemah. Risiko tersebut terutama terkait kesepakatan perdagangan tahap I antara AS dan Tiongkok, serta keluarnya Inggris dari Uni Eropa atau Brexit.

Namun mereka memprediksi kebijakan moneter yang dikeluarkan sejumlah negara untuk mendukung perekonomian tahun ini akan berdampak positif. Selain itu, sektor manufaktur dan perdagangan juga dinilai sudah melewati titik terendah.

Tjendra menilai, sentimen negatif ini bisa menahan penguatan rupiah. "Potensi hari ini di kisaran Rp 13.600 - 13.700 per dolar AS," katanya.

(Baca: Makin Loyo, IMF Kembali Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global)

Reporter: Agatha Olivia Victoria
Editor: Ameidyo Daud

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...