Beda LinkAja dengan OVO dan Go-Pay

Ameidyo Daud
5 Juli 2019, 18:20
linkaja, ovo, gopay, persaingan dompet digital, uang elektronik, fintech, alat pembayaran
LinkAja
Aplikasi besutan PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel), TCash resmi berubah menjadi LinkAja pada 22 Februari 2019.

Aplikasi dompet digital milik perusahaan negara (BUMN), LinkAja, telah resmi diluncurkan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla di Gelora Bung Karno, akhir pekan lalu. Platform pembayaran digital tersebut digawangi oleh tujuh perusahaan plat merah yakni Telkomsel, Bank Mandiri, BRI, BNI, BTN, Pertamina, dan Jiwasraya.

Kehadiran Linkaja menambah persaingan di aplikasi dompet digital seperti Go-Pay, OVO, Dana, serta Paytren. Berdasarkan data "Fintech Report 2018" yang diluncurkan DailySocial dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Go-Pay saat ini masih menjadi aplikasi paling populer.

Tercatat, 79,4 persen responden pengguna dompet digital menggunakan aplikasi milik Go-jek tersebut. Sedangkan OVO berada di posisi kedua dengan porsi 58,4 persen. Seluruh aplikasi mengandalkan fitur khas masing-masing hingga kemudahan berbeda dalam menggaet pengguna.

CEO LinkAja, Danu Wicaksana berharap kehadiran LinkAja dapat membantu pengurangan uang tunai dalam transaksi. "Dengan menggunakan uang elektronik sebagai instrumen pembayaran akan meningkatkan inklusi keuangan," ujar Danu beberapa waktu lalu.

(Baca: LinkAja Buka Peluang Kolaborasi dengan Pemain Besar Fintech Pembayaran)

Ada beberapa perbedaan antara LinkAja dengan dompet digital lainnya. Danu memamerkan keunggulan aplikasinya memiliki CICO (Cash In Cash Out) di lebih dari 100 ribu titik di seluruh Indonesia. Layanan untuk mengisi saldo dan menarik tunai ini tersebar di minimarket (Indomaret, Alfamart, Alfamidi, dan lain-lain), Grapari Telkomsel, puluhan ribu ATM Link Himbara dan jaringan ATM Bersama, serta lebih dari 100 ribu jaringan outlet Mitra LinkAja (MiLA).

Katadata.co.id mencoba membandingkan dengan OVO dan Go-Pay. Keduanya memerlukan beberapa langkah untuk menarik tunai. Pengguna perlu memindahkan uang di dompet digital ke rekening dan setelahnya baru bisa diambil di ATM terdekat, apabila memerlukan uang tunai. 

Dalam hal pengisian saldo, LinkAja dapat dilakukan di empat bank milik negara, CIMB Niaga, Digibank, Jenius serta ATM Bersama. Adapun pengisian dompet OVO melingkupi Mandiri, BNI, BRI, BCA, Bank Nobu, CIMB Niaga, BRI Syariah, Bank Permata, Bank Sinarmas, hingga Bank Mega. Pengisian di lokasi lain dapat dilakukan di SPBU Shell, Cinemaxx, Alfamart, serta beberapa lokasi OVO Booth. 

(Baca: Popularitas OVO Terkuat di Segmen Dompet Elektronik Nasional)

Sementara Go-Pay mengandalkan pengisian lewat mengandalkan Bank Himbara, BCA, Permata, BRI Syariah, Bank Mega, CIMB Niaga, Maybank, hingga DBS. Pengisian saldo juga dapat dilakukan di sejumlah ritel seperti Alfamart, Alfamidi, Dan+Dan, Lawson, hingga pegadaian. 

Vita, seorang pengguna tiga dompet digital itu mengatakan keunggulan OVO dan Go-Pay dalam pengisian dapat dilakukan melalui pengemudi ojek online. Ini lantaran keduanya merupakan bagian dari Grab dan Go-Jek. "Jadi bayar lewat driver bisa," kata wanita yang hobi belanja online ini kepada Katadata.co.idJumat (5/7).

Perbedaan lainnya, lantaran terkoneksi dengan aplikasi transportasi online, OVO dan Go-Pay melayani pembayaran pemesanan online di beberapa retail. Salah satu contohnya, pembayaran Go-Food dan Go-Shop. Begitu pula OVO yang melayani Grab Food dan Grab Groceries yang mengandalkan Happy Fresh.

(Baca: Riset Morgan Stanley Ungkap Ketatnya Persaingan OVO dan Go-Pay)

LinkAja pun tak mau kalah. Selain pembayaran sejumlah layanan BUMN seperti BBM, listrik, elpiji, gas rumah tangga, dan internet, transportasi juga menjadi sasaran dompet digital ini. Chief Marketing Officer (CMO) LinkAja Edward Kilian Suwignyo mengatakan nantinya aplikasi ini membayar tiket kereta (KRL) Jabodetabek dengan menggunakan sistem QR Code. Saat ini LinkAja sudah digunakan untuk transportasi Kereta Bandara Soekarno Hatta. 

Bahkan, ke depannya aplikasi ini dapat digunakan untuk pembayaran tiket Moda Raya Terpadu (MRT), TransJakarta, hingga jalan tol. Layanan RFID atau stiker yang ditempelkan pada lampu depan mobil yang dapat tersambung dengan platform LinkAja. Caranya dengan menyambungkan teknologi radiofrequency identification (RFID) yang disambungkan dengan platform LinkAja. Nantinya mobil tidak perlu berhenti saat masuk di gerbang tol.

"Saat ini masih uji coba di beberapa titik (Gerbang Tol). Yang sudah menggunakan teknologi ini di rangkaian Jalan Tol di Bali. Akhir tahun 2010, diharapkan jadi 200 titik," kata Edward.

(Baca: LinkAja Berencana Ekspansi ke Hong Kong hingga Taiwan)

Video Pilihan
Loading...

Artikel Terkait