Registrasi Prabayar Mengubah Drastis Bisnis Telekomunikasi

Ilustrator: Betaria Sarulina
Penulis: Muchamad Nafi
15/4/2018, 11.28 WIB

Bagaimana dengan perkembangan layanan di daerah?

Itu bertahap. Secara umum, evolusinya yang 2G habis, tinggal 3G sama 4G. Ekstremnya tinggal 4G karena tidak ada yang menelepon. Tapi karena 4G tidak bisa buat telepon, mesti turun ke 2G atau 3G. Masalahnya, kalau sudah tidak investasi lagi karena tidak make sense secara bisnis, berarti tinggal bagaimana mempercepat evolusi supaya pindah semua ke data sehingga resource yang terbatas seperti frekuensi bisa didayagunakan ke 4G. Semakin banyak spektrum digunakan, akan semakin efisien ketimbang jaringan investasinyang dilakukan oleh operator.

Hendak memperbesar investasi jaringan di daerah? Bagaimana target di 2018?

Nanti evolusi berdasar demand. Di luar Jawa, kami mulai investasi secara agresif. Pada saat mau masuk harus dengan baik dan benar. Kami tidak mau masuknya tanggung, cuma bangun sedikit. Banyak yang launching asal. Kita mau launching yang benar-benar sampai tempat dia tinggal, istirahat, hiburan. Sekarang isunya bukan seberapa murah saja karena saingannya lebih ke jaringan. Percuma saya kasih gratis kalau tidak bisa dipakai.

Berapa belanja modal (capex) untuk pengembangan infrastrukturnya?

Tahun ini capial expenditure (capex) Rp 8 triliun, bertambah Rp 1 triliun dari tahun lalu. Dari Rp 8 triliun itu peruntukannya untuk kapasitas yang sudah ada dan ekspansi di luar Jawa. Ada 20 persen dari capex kami dialokasikan untuk non-selular, karena kami punya banyak anak usaha: yang di business to business, enterprise seperti Lintas Artha, Artha Jasa. Anak Indosat itu ambil capex dari kami. Sementara 80 persennya ke selular untuk support kapasitas dan footprint.

Secara regional, wilayah mana yang tingkat kompetisinya paling berat?

Sudah pasti Jawa karena semua di sini dan semua bagus. Tapi kalau ada kesempatan dengan data, sebenarnya luar Jawa lebih berprospek. Dulu, mau jualan di sana susah karena ada natural barrier yang namanya interkoneksi. Sekarang itu sudah tak relevan karena semua bicara data. Asal ada jaringan, saya bisa jual. Dulu, kami sudah ada jaringan penjualan, tapi tidak ada yang mau pakai karena tidak ada yang mau menelepon, semua di-protect dalam satu jaringan kompetitor yang online-nya kuat. Di luar itu mahal. Dengan perkembangan saat ini, prospeknya adalah hajar luar Jawa.

Saat ini perkembangan e-commerce dan teknologi keuangan (fintech) begitu pesat. Indosat tidak mau masuk ke sana lagi setelah tahun kemarin menutup beberapa produknya?

Strategi Indosat memang benar-benar balik ke core bisnisnya. Tapi bukan berarti tidak mau ke fintech karena itu penopang mengapa data laku. Hanya, itu bukan pola bisnis yang cocok dengan model bisnis Indosat. Kalau saya buat startup sendiri, itu akan mempengaruhi Indosat. Bisnis model startup itu pertumbuhan, sedangkan kami bisnis konvensional yang sudah established yang dilihat dari revenue dan profitability. Kalau saya main di bidang itu akan rusak dan tanggung.

Bukan berarti saya tidak mau tapi saya akan kerja samakan. Saya cari yang bisnis modelnya sesuai, kami dukung jadi mitra Indosat. Bukan hanya Indosat yang keluar, XL pun keluar. Telkomsel saja yang masih bertahan karena mungkin duitnya banyak. Sekarang pun sudah di-spin off karena tidak make sense di dalam bisnis yang modelnya kebalikan seperti langit dan bumi. Satu mengejar profit, satu mengejar growth yang tidak peduli sama cost tapi banyak transaksi.

Jadi skema yang dibangun sebatas mitra, tak lebih dari itu bila masuk kembali ke ranah fintech atau e-commerce?

Sekarang bermitra semuanya. Karena, at the end of the day, semua akan lari ke sini. Pilar utamanya operator dengan jaringannya. Semua butuh kami kok. Kami butuh mereka juga untuk penggunaan data. Jadi, partnership seperti PayPro. Bukan kami yang menjalankan walaupun dianggap punya Indosat. Dia yang spend uangnya untuk diskon subsidi program. Pasang promo, dia bayar sendiri. Tapi kami beri akses ke pelanggan kami.

Selain Paypro, ada rencana memperbesar mitra di tahun ini?

Ada beberapa, tapi yang sifatnya strategis belum terlalu banyak. Karena yang sekarang ada harus prove dulu. Kalau mau fokus, harus effort ke sana, mengembangkan produktivitas dan pelanggan.

Jadi tidak akan agresif menggandeng fintech atau e-commerce?

Kami tidak mungkin menggandeng lima e-money, nanti berantakan semua pelanggannya. Saya coba dulu satu dengan komitmen dia. Kalau kurang, saya mau tambah. Oh ya, satu lagi partnership itu MyM3 Apps. Apps itu dibuat untuk Indosat. Faktanya, semakin banyak orang berinteraksi dengan operator maka semakin loyal dia dan semakin mungkin tidak keluar.

Berapa target penambahan konsumen tahun ini?

Saya tidak lihat ada penambahan customer lagi. Sebab, jumlah pengguna kartu sudah lebih dari 300 juta, melebihi jumlah penduduk. Artinya, satu orang punya lebih dari satu. Kedua, banyak orang yang menggunakan pakai-buang. Itu fenomena yang hanya ada di Indonesia, di mana kartu perdana diposisikan sebagai voucher oleh pemain. Ini yang mungkin belum bisa diterima oleh banyak pemain saat ada kewajiban registrasi. Bukan bisnisnya hilang, tapi pola jualannya berubah.

Apa respons pemegang saham atas perubahan regulasi saat ini?

Tentu agak was-was juga dengan ketidakpastian industri saat ini. Tapi mereka full support apa yang ada di Indosat. Terbukti dengan capex tetap Rp 8 triliun. Kami sudah diskusi dan mereka tahu dan antisipasi.

Dana tersebut untuk termasuk penambahan menara BTS (base transceiver station)?

Termasuk yang Rp 8 triliun. Kami tidak bisa disclose nilai investasi untuk BTS-nya, karena kami tidak pernah tahu secara pasti. Saya bisa saja kasih angka, tapi kan tergantung kemampuan membangun jaringannya. Yang pasti, kami luar Jawa fokus lumayan banyak. Ada empat provinsi yang akan kami perbaiki.

Di mana sajakah provinsi itu?

Itu Anda tidak boleh tahu, ha ha ... Pokoknya ada empat provinsi yang akan kami bangun sebaik di Jawa.

Sumatera?

Sumatera ada, Kalimantan ada, Sulawesi ada. Kami sudah ada coverage, tapi belum bagus, maka akan dibuat lebih bagus seperti di Jakarta.

Masuk ke kantong-kantong Telkom?

Pasti. Kami mau bangun agar bisa bersaing dengan market leader di sana. Karena bisnisnya data, yang paling penting jaringan. Kalau tanggung jaringannya, saya tidak bisa bersaing sama dia. Sebab, bicara data bukan hanya harga tapi jaringan, kualitas. Semakin cepat, makin naik, langsung hajar. Begitu prinsipnya.

Di tahun ini masih optimistis pertumbuhannya bagus?

Saya optimistis dengam industri. Apalagi long term karena bisnisnya jelas untuk pemain seperti Indosat. Pangsa pasar kami sekitar 20 persen dan sekarang bermain di data yang sudah tidak ada barrier-nya kecuali jaringan. Kami bisa naik terus.

Berapa target pertumbuhan pangsa pasar tahun ini?

Saya tidak bisa bilang, yang penting jangan sampai kalah dengan yang lain. Bahwa semester pertama jelek, saya yakin yang lain juga sama. Kalau dia tidak maka ada sesuatu yang tidak benar. Either dia melakukan sesuatu yang nantinya boomerang ke dia. Masalah waktu saja.