Infrastruktur Tetap Memainkan Peran Penting Lima Tahun ke Depan

KATADATA/JOSHUA SIRINGO RINGO
Edwin Syahruzad, Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI).
Penulis: Tim Redaksi
27/10/2019, 10.02 WIB

Target pembiayaan lima tahun ke depan berapa besar?

Saya tidak begitu ingat, tapi yang jelas cukup baik. Terdapat skenario yang penting di mana akan ada transformasi SMI menjadi Lembaga Pembiayaan Pembangunan Indonesia (LPPI).

Untuk strategi pendanaannya seperti apa?

Saya memandang bahwa pendanaan tetap harus ada diversifikasi, menyesuaikan dengan tenor pembiayaan dan pola atau struktur pinjaman yang kami salurkan. Tapi intinya itu akan bersumber dari tiga atau empat area utama.

Apa saja sumber pendanaannya?

Yang pertama, obligasi di pasar domestik. Itu elemen yang paling utama dan porsi yang cukup besar. Kami juga akan berusaha melakukan pendalaman, apakah obligasi konvensional, syariah, dan green bond. Bukan tidak mungkin ke depan juga blue bond. Terus juga kami akan mengkombinasikan dari sisi tenor, bukan tidak mungkin ke depan kami menerbitkan commercial paper (surat berharga) untuk pendalaman pasar dan diversifikasi kami ke pasar modal dan pasar uang.

Kedua, sumber dana dari multilateral sebetulnya cocok dengan platform Sustainable Development Goals (SDG) yang dibentuk akhir tahun lalu. Intinya menggalang akses pendanaan dari lembaga multilateral dan pembangunan. Kami sudah memperoleh pinjaman dari Bank Dunia. Ada berbagai seri, yang khusus untuk SMI mendukung aktivitas pinjaman Pemda. Ke depan untuk mendukung sektor geothermal, kami juga mendapat pinjaman dari Bank Pembangunan Asia (ADB) dan Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIB).

Kami sudah memperoleh pinjaman dari Bank Pembangunan Prancis (AFD). Kami juga sedang menjajaki aktivitas pinjaman dari Bank Pembangunan Jerman (KFW). Jadi akses pada pinjaman, apakah itu multilateral yang biasanya itu punya elemen hibah untuk bantuan teknis menjadi elemen yang tidak terpisahkan. Istilahnya blended finance (pembiayaan campuran).

Sumber ketiga, tentunya pinjaman dari bank-bank komersial. Baik pinjaman rupiah jangka pendek maupun pinjaman dalam dolar AS. Dalam aktivitas kami juga terdapat portfolio dalam bentuk dolar AS.

Yang terdekat akan dilakukan pembiayaan dari mana?

Untungnya kepercayaan investor terhadap SMI sangat baik. Peringkat utang lembaga kami berada di peringkat tinggi dalam konteks skala lokal, yakni AAA. Baru-baru ini kami closing penerbitan obligasi lokal senilai Rp 2,8 triliun. Ini sebetulnya kami pandang positif di tengah volatilitas pasar obligasi saat ini.

Soal pembiayaan campuran, bagaimana skema penyalurannya?

Lembaga multilateral itu memberikan pinjaman dan hibah dalam bentuk bantuan teknis. Sumber dana kami sudah mengakses kepada lembaga-lembaga yang menyediakan pembiayaan campuran ini. Nah dari segi penyaluran, kami memberikan pinjaman kepada pemda yang disertai dengan penyaluran hibah untuk aktivitas persiapan proyek, khususnya di daerah-daerah terpencil di Indonesia. Di luar Jawa, pembiayaannya ada yang kami lakukan secara bersamaan, kami juga memberikan bantuan teknis. Bentuknya bukan uang tapi penyiapan proyek untuk studi kelayakan agar proyek yang menjadi sasaran pinjaman pemda tersebut bisa terbangun dengan akuntabel dan meningkatkan layanan publik.

Untuk badan usaha, sudah ada yang dibiayai dengan skema blended finance?

Khusus untuk badan usaha, baru satu proyek yang kami biayai dengan pembiayaan campuran. Ada satu pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) 22 Megawatt di Bengkulu. Ada pinjaman tapi juga ada subordinated loan yang menyertai, sumbernya adalah pinjaman yang kami peroleh dari AFD. Proyek itu mendapatkan penghargaan tahun lalu dari Karlsruhe, Jerman.

Kalau pendanaan dari filantropi sudah berapa yang dihimpun?

Tahun lalu kami berhasil menggalang dana US$ 5 juta dari Li Ka Shing Foundation, salah satu orang kaya di Hong Kong. Dana itu kami salurkan dalam bentuk pembiayaan dan hibah untuk pembangunan hunian sementara (huntara) korban bencana di Palu. Termasuk untuk beberapa infrastruktur pendukung huntara, antara lain penyiapan instalasi air bersih.

Pemerintah juga berencana memindahkan ibu kota negara ke Kalimantan Timur. SMI tertarik masuk ke pembiayaan infrastruktur ibu kota baru?

Kami sebagai special vehicle di bawah Kementerian Keuangan, tentunya akan sangat berperan di dalam aspek pembiayaan. Menurut kami, pembiayaan kreatif yang memobilisasi dana di luar APBN itu akan menjadi atensi kami. Peran kami bisa di awal untuk menyiapkan KPBU bersama pemerintah dan badan usaha, bisa juga di tahapan selanjutnya menjadi lembaga pembiayaan bersama institusi-institusi yang lain. Secara tidak langsung, kami dapat berperan melalui pembiayaan terhadap pemda karena di seputaran ibu kota membutuhkan konektivitas dengan ibu kota baru. Dalam konteks itu, kami juga bisa mendukung pemda mensinkronkan kebutuhan infrastrukturnya dengan masterplan ibu kota.

Apa saja proyeknya?

Banyak. Kalau ditanya lebih lanjut mengenai sektor, tentunya dari kebutuhan infrastruktur perkotaan yang pertama itu infrastruktur air minum. Mungkin kalau kita mengikuti best practice dari kota-kota di negara maju, infrastruktur air minum atau air bersih itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari infrastruktur air kotor (limbah). Yang kedua, infrastruktur transportasi perkotaan, itu juga sangat butuh dana. Koridornya sudah ada di kewenangan pemerintah kota. Nah yang ketiga, perumahan. Ada mungkin perumahan yang menjadi kewenangan dari pusat, tapi ada juga perumahan yang berada kewenangan di bawah pemkot, yang paling membutuhkan (pendanaan).

Sudah ada pembicaraan dengan pemerintah terkait pembiayaan ibu kota?

Kami dengar pasti akan dilibatkan. Tapi mungkin akan tunggu arahan dari Kementerian Keuangan dan Bappenas mewujudkan ini. Tahap detail dari aspek pembiayaan pembangunan kota baru, kami siap untuk berpartisipasi.

Tantangan pembiayaan infrastruktur ke depan apa?

Persiapan proyek. Karena tanpa adanya persiapan proyek dengan baik, kita akan masuk pada area ketidakhati-hatian. Pembiayaan itu hanya satu elemen dari investasi secara keseluruhan. Pada akhirnya, apakah investasi yang dilakukan itu bermanfaat untuk masyarakat. Begitu juga dalam konteks pembiayaan kepada badan usaha persiapan proyek yang akan ditenderkan kepada investor itu menjadi elemen yang paling penting. Karena itu, kami masuk untuk menjadi fasilitator proyek KPBU.