BI Prediksi Ekonomi RI Tumbuh 7,1% pada 2021 karena Besarnya Stimulus

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan pers hasil rapat dewan gubernur BI bulan Januari 2020 di Jakarta, Kamis (23/1/2020).
30/4/2020, 16.40 WIB

Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia di kisaran 6,6%-7,1% pada tahun depan. Faktor pendorongnya yakni besarnya stimulus fiskal pemerintah akibat pandemi corona.

Gubernur BI Perry Warjiyo menjelaskan, proyeksi pertumbuhan ekonomi tersebut dengan asumsi defisit anggaran hanya 3,4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). “Jika stimulus fiskal sekitar 3,1% dari PDB bisa 6,6%,” ujarnya saat rapat kerja bersama Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat secara virtual, Kamis (30/4).

Namun, jika stimulus fiskal 4% dari PDB, maka pertumbuhan ekonomi diproyeksi bisa mencapai 7,1%. (Baca: Ekonomi AS Minus 4,8% akibat Corona, Sri Mulyani Waspadai Dampak ke RI)

Selain stimulus fiskal, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan ditopang program restrukturisasi kredit. Kemudian, juga didorong oleh adanya penundaan ekspansi moneter BI untuk memulihkan ekonomi dari pandemi virus corona.

Dari sisi investasi, ekonomi nasional akan terbantu oleh implementasi reformasi struktural pemerintah. Hal ini termasuk Omnimbus Law yang diharapkan bisa mendorong investasi baik Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

(Baca: Investasi RI Diminati Pemodal Asing, Rupiah Paling Perkasa di Asia)

Tak hanya itu, ekonomi Indonesia dinilai bisa tumbuh ditopang pemulihan perekonomian global setelah pandemi Covid-19 mereda. “Meningkatnya pertumbuhan ekonomi global kemudian akan mendorong ekspor Indonesia," ujarnya.

Meski ekonomi diprediksi melesat, BI memperkirakan inflasi masih akan terkendali pada sasaran 3% plus minus 1% pada tahun depan. Penyebabnya, ekspektasi kenaikan harga masih sesuai kisaran. Lalu, pasokan membaik seiring normalnya perdagangan dunia.

Selain itu, nilai tukar cenderung menguat dan ada dukungan dari koordinasi Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah. (Baca: Harga Gula Capai Rp 20 Ribu, Kemendag Evaluasi Harga Eceran Tertinggi)

BI memperkirakan, nilai tukar rupiah cenderung menguat ke rata-rata Rp 14.900 - Rp 15.300 per dolar Amerika Serikat (AS) pada tahun depan. Penyebabnya, ekonomi global diramal membaik.

Selain itu, ketidakpastian pasar keuangan dunia diprediksi menurun. Di satu sisi, kepercayaan investor terhadap prospek ekonomi Indonesia diproyeksi meningkat, dengan tingkat imbal hasil investasi yang menarik.

Pada tahun ini, Perry juga optimistis ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh 2,3%. Rinciannya, pertumbuhan pada kuartal I hingga IV diperkirakan 4,3%, 0,4%, 1,2%, dan 3,1% berturut-turut.

Memang, Covid-19 berdampak pada rendahnya pertumbuhan konsumsi swasta dan investasi. Bahkan, pandemi ini membuat ekspor dan impor terkontraksi. "Namun stimulus fiskal dapat mendorong konsumsi pemerintah tumbuh lebih tinggi dari 2019," ujar dia.

(Baca: Di Tengah Pandemi, Realisasi Investasi Manufaktur Kuartal I Naik 44,7%)

Reporter: Agatha Olivia Victoria