IMF Siapkan Bantuan Likuiditas Jangka Pendek Hadapi Gejolak Corona

ARIEF KAMALUDIN | KATADATA
Ilustrasi. Pandemi virus corona menyebabkan kondisi likuiditas global sangat ketat seiring terjadinya aliran keluar portofolio, terutama dari pasar negara-negara berkembang.
23/4/2020, 17.24 WIB

Dana Moneter Internasional atau IMF menyediakan fasilitas bantuan likuiditas jangka pendek bagi negara-negara yang terdampak gejolak keuangan akibat pandemi virus corona. Fasilitas ini disebut dapat membantu negara yang membutuhkan untuk mengatasi kebutuhan likuiditas sebelum masalah yang dihadapi menjadi lebih besar.

Wakil Direktur Pelaksana IMF Geoffrey Okomoto menjelaskan, pandemi Covid-19 telah mengangu ekonomi global di seluruh tingkatan. Kondisi likuiditas global sangat ketat seiring terjadinya aliran keluar portofolio, terutama dari pasar negara-negara berkembang.

"Ini telah menciptakan permintaan yang besar untuk likuiditas dolar AS, terutama dengan pasar negara berkembang menghadapi kekurangan likuiditas," ujar Okomoto dikutip dari laman resmi IMF, Kamis (23/4).

Adapun instrumen baru IMF akan memberikan likuiditas tambahan kepada negara-negara yang tak memperoleh kerja sama dengan repo line yang ditawarkan oleh The Federal Reserve atau bank sentral negara-negara lain.

(Baca: Mewaspadai Ancaman Krisis Ekonomi Panjang Imbas Pandemi Corona)

Sebelumnya, IMF menyebut separuh dari total negara di dunia telah meminta bantuan pinjaman darurat untuk mengatasi krisis finansial pandemi virus corona.

"Lebih dari 100 negara telah meminta bantuan pinjaman darurat," ujar Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva.

IMF saat ini memiliki kapasitas pinjaman sebesar US$ 1 triliun. Sejauh ini, sudah ada 10 negara yang telah pinjaman darurat. Sementara negara-negara lain yang sudah mengajukan akan menerima pinjaman tersebut pada akhir April.

(Baca: Bank Dunia Harap Kreditur Dukung Keringanan Utang Saat Pandemi Corona)

Dalam World Economic Outlook yang dipublikasi pada Selasa (14/4), IMF juga telah mengubah proyeksi ekonomi global secara drastis seiring pandemi corona yang menjalar di seluruh dunia.

Lembaga ini memperkirakan ekonomi global akan negatif 3% pada 2020, penurunan terdalam sejak depresi besar ekonomi pada 1930. Padahal pada Januari 2020, IMF masih meramal ekonomi global tumbuh 3,3%, hanya lebih rendah 0,1% dari proyeksi sebelumnya meski virus corona sudah merebak di Tiongkok.

IMF juga memperingatkan ada risiko resesi yang meluas hingga 2021 jika para pembuat kebijakan gagal mengkoordinasikan respons global terhadap virus.

Reporter: Agatha Olivia Victoria