Hadiri HUT PDIP, Presiden Jokowi Banggakan Pertumbuhan Ekonomi

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Presiden Joko Widodo menyampaikan sambutan dalam peresmian pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I PDI Perjuangan di Jakarta, Jumat (10/1/2020).
Penulis: Rizky Alika
10/1/2020, 18.57 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan beberapa capaian terkait ekonomi saat menghadiri Hari Ulang Tahun (HUT) PDI Perjuangan ke-47. Salah satunya, ia membanggakan pertumbuhan ekonomi yang stabil.

"Pertumbuhan ekonomi 2019 masih 5% lebih sedikit," kata Jokowi di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (1/10). Padahal, perekonomian dunia menghadapi beberapa tantangan.

Selain pertumbuhan ekonomi yang stabil, Jokowi memaparkan capaian lainnya. Tingkat kemiskinan turun 0,41 poin dari posisi Maret 2018 menjadi 9,41% pada 2019. Begitu juga rasio gini turun 0,002 poin dari September 2018 menjadi 0,38%.

Meski begitu, Jokowi mengakui defisit transaksi berjalan masih menjadi persoalan Indonesia. Hal ini terjadi karena impor cukup besar. Karena itu, ia berkomitmen mentransformasikan ekonomi guna mendorong ekspor dan menekan impor.

(Baca: Kian Lesu, Bank Dunia Pangkas Lagi Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global)

Salah satu caranya dengan industrialisasi, mengolah komoditas mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. Komoditas yang didorong untuk hilirisasi yakni minyak kelapa sawit (CPO) menjadi biodiesel.

Saat ini, Indonesia menerapkan mandatori biodiesel 30% atau B30. "Dengan B30, Indonesia hemat Rp 100 triliun per tahun," ujar Jokowi.

Ke depan, Jokowi mendorong hilirisasi bijih nikel (ore) dan kopra. Hilirisasi bijih nikel sudah didukung dengan kebijakan larangan ekspor secara mentah.

Sedangkan untuk kopra, Jokowi ingin mengolah komoditas itu menjadi avtur. Namun, hal tersebut masih dikaji. "Kalau ketemu lagi, artinya semua pesawat akan kami ganti (bahan bakarnya dengan) minyak dari kelapa yang dihasilkan rakyat Indonesia," kata dia.

(Baca: Bakal Diolah Jadi Avtur, Jokowi Ingin Tutup Ekspor Kopra)

Jokowi juga sudah meminta para duta besar Indonesia untuk mendorong ekspor. Hal ini  menurunkan defisit neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan.

Ia ingin, Indonesia tak bisa hanya berfokus mendorong ekspor ke negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, Eropa, dan Tiongkok. Tetapi juga menyasar negara non tradisional seperti Afrika, Asia Tengah, Asia Selatan, dan Eropa Timur.

“Itu banyak sekali. Memang tidak besar, kecil-kecil, tapi kalau dikumpulkan juga akan menjadi sebuah jumlah yang sangat besar,” kata Jokowi, kemarin (9/1).

(Baca: Jokowi Minta Para Duta Besar Fokus Tarik Investasi ke Indonesia)

Reporter: Rizky Alika