Neraca Dagang Januari Defisit, Rupiah Justru Paling Kuat se-Asia

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi, seorang petugas menghitung nilai mata uanga rupiah dan dolar Amerika Serikat. Pada Senin (17/2), rupiah menguat dibandingkan dolar AS.
17/2/2020, 17.11 WIB

Nilai tukar rupiah pada Senin (17/2) menguat 0,24% ke level Rp 13.660 per dolar AS. Mata uang Garuda masih berjaya meski rilis neraca dagang RI pada Januari 2020 mengecewakan.

Penguatan rupiah merupakan yang tertinggi dibanding mata uang Asia lainnya pada sore ini. Mengutip Bloomberg, dolar Hong Kong hanya naik 0,03%, dolar Singapura 0,21%, dan yuan Tiongkok 0,09%.

Sedangkan Yen Jepang turun 0,05%, dolar Taiwan 0,03%, won Korea Selatan 0,06%, peso Filipina 0,21%, rupee India 0,02%, ringgit Malaysia 0,15, dan baht Thailand turun satu poin.

Namun, nilai tukar rupiah berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate atau JISDOR justru turun 14 poin dibandingkan pada Jumat (14/2) lalu menjadi Rp 13.693 per dolar AS.

(Baca: Rupiah Dibuka Menguat Meski Investor Waswas Perkembangan Virus Corona)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan pada bulan lalu defisit sebesar US$ 864 juta. Biarpun begitu, neraca perdagangan Januari 2020 membaik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 1,16 miliar.

Kepala BPS Suhariyanto menjelaskan impor pada Januari 2020 mencapai US$ 14,28 miliar, sedangkan ekspor hanya mencapai US$ 13,41 miliar. Realisasi ekspor dan impor tersebut turun dibandingkan bulan lalu maupun periode yang sama tahun lalu.

"Dengan menggabungkan nilai ekspor dan impor, kita defisit sebesar US$ 867 juta," ujar Suhariyanto di Jakarta, Senin (17/2).

Suhariyanto menyebut ekspor pada bulan lalu turun 7,16% dibandingkan Desember 2019 atau turun 3,71% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penurunan ekspor terutama terjadi pada sektor migas, yang antara lain disebabkan anjloknya harga minyak mentah.

Ekspor migas pada Januari tercatat sebesar US$ 0,81 miliar, anjlok 28,73% dibandingkan bulan sebelumnya atau 34,73% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan ekspor nonmigas turun 0,53% dibanding Desember atau 0,69% dibanding Januari 2018 menjadi US$ 12,61 miliar. 

Untuk impor bulan lalu tercatat turun dibandingkan ekspor sebesar 1,6%. Padahal, pada Desember 2019 perbendingan impor tergadap ekspor sebesar 4,78% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Impor migas tercatat turun 6,85% dibanding Desember 2019, tetapi naik 19,95% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi US$ 1,99 miliar. Sedangkan impor nonmigas turun 0,69% dibandingkan Desember 2019 atau 7,85% dibandingkan periode yang sama tahun lalu menjadi US$ 12,29 miliar.

(Baca: BPS: Virus Corona Sebabkan Ekspor dan Impor Indonesia-Tiongkok Turun)

Reporter: Agatha Olivia Victoria