Tangkal Dampak Virus Corona ke Ekonomi, BI Pangkas Bunga Acuan 0,25%

ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyebut wabah virus corona membuat proses pemulihan ekonomi global tertahan tahun ini.
Penulis: Agustiyanti
20/2/2020, 14.31 WIB

Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuannya atau BI 7 Days Reverse Repo Rate (7-DRRR) di level 4,75%. Penurunan suku bunga tersebut dilakukan guna mendorong perekonomian domestik yang berpotensi terdampak wabah virus corona.

Suku bunga fasilitas simpanan alias deposit facility tetap sebesar 4 %, dan bunga pinjaman atau lending facility tetap sebesar 5,5%.

"Berdasarkan asesmen terhadap perekonomian global dan domestik, rapat dewan gubernur BI pada 19-20 Februari memutuskan untuk menurunkan BI 7 Days Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 4,75%," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (20/2).

Perry menjelaskan, optimisme pemulihan ekonomi global yang sempat muncul dengan kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok terhempas oleh wabah virus corona (covid-19). Wabah yang muncul akhir Januari lalu ini tak hanya berdampak pada perekonomian Tiongkok, tetapi juga pada perekonomian global dan berimbas pada Indonesia.

(Baca: Korban Tewas Corona Capai 2.120 Orang, Jumlah Kasus Baru Menyusut)

BI pun memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun ini dari sebelumnya sebesar 3,1% menjadi 3%. Namun pada tahun depan, ekonomi global diperkirakan tumbuh 3,4%, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya 3,2%. 

"Pertumbuhan ekonomi Indonesia akan lebih rendah menjadi di antara  5%-5,4% dari semula 5,1%-5,5%," kata dia.  

Di sisi lain, inflasi dipastikan tetap stabil pada tahun ini dipengaruhi oleh tetap terkendalinya komponen harga yang diatur pemerintah. Sementara nilai tukar rupiah diperkirakan tetap stabil meski terjadi pelemahan pada bulan ini dibandingkan bulan lalu.

"Untuk mendukung kebijakan nilai tukar, BI akan terus mengakselerasi pasar keuangan," kata dia. 

Sebelumnya, sejumlah ekonom memperkirakan BI akan kembali menahan suku bunga acuannya di level 5%. Direktur Riset Center Of Reform on Economics Piter Abdullah Redjalam mengatakan, rupiah yang mengalami tekanan karena terhambatnya arus modal masuk akibat kekhawatiran virus corona dapat menjadi pertimbangan BI.

(Baca: BI Diperkirakan Tahan Suku Bunga Acuan Meski Ada Virus Corona)

Kendati demikian, BI  dinilai perlu mengambil langkah mitigasi risiko perlambatan ekonomi. Oleh karena itu, pelongaran moneter melalui kebijakan nonbunga kemungkinan akan ditempuh bank sentral.

Ia memperkirakan otoritas moneter itu akan melonggarkan ketentuan Giro Wajib Minimum,atau meningkatkan operasi moneter yang bersifat ekspansif. "Ini bisa lebih efektif daripada kebijakan menurunkan suku bunga acuan," ucap dia.

Senada, Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk Ryan Kiryanto menilai respons BI terhadap perekonomian sudah cukup baik. Perubahan suku bunga pun dinilai belum dibutuhkan.

"Karena sesungguhnya efek penurunan sebesar 100 basis poin di 2019 lalu masih bekerja. Sekarang saatnya instrumen fiskal harus dioptimalkan," kata Ryan. 

BI menahan suku bunga acuannya di level 5% sejak September 2019, setelah menurunkan suku bunga acuan sebanyak empat kali seperti terlihat dalam grafik di bawah ini.

Reporter: Agatha Olivia Victoria