Nilai tukar rupiah dibuka menguat 0,09% ke level Rp 16.155 per dolar Amerika Serikat (AS) hari ini. Salah satu faktor pendorongnya yakni data ekonomi Tiongkok yang membaik.
Vice President Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan, pasar merespons positif perbaikan ekonomi Tiongkok di tengah pandemi corona. "Terutama dari data indeks aktivitas manufaktur dan non-manufaktur Tiongkok versi pemerintah untuk Maret," katanya kepada Katadata.co.id, Selasa (31/3).
Data tersebut melebihi ekspektasi pasar. Indeks aktivitas manufaktur Negeri Panda misalnya, mencapai 52 atau melebihi prediksi 44,9 dan meningkat dibanding Februari 35,7. Begitu juga indeks non-manufaktur melampaui perkiraan pasar 42,1 yakni mencapai 52,3.
(Baca: Rupiah Loyo ke Rp 16.337 per Dolar AS Tertekan Wacana Lockdown Jakarta)
Dikutip dari Xinhua, angka di atas 50 mengindikasikan adanya ekspansi. Angka di bawah 50 mencerminkan kontraksi.
Pencapaian itu menunjukkan ekonomi Tiongkok mulai pulih, setelah berhasil mengatasi pandemi corona. "Pulihnya ekonomi Tiongkok bisa membantu perekonomian negara partnernya yang membutuhkan material dan pasar Tiongkok," ujar Ariston.
Selain karena data ekonomi Tiongkok, indeks saham AS menguat. Kedua data itu memberikan sentimen positif terhadap rupiah hari ini.
(Baca: Terbantu Rencana Stimulus Besar G20, Rupiah Menguat ke Rp 16.170 / US$)
Meski begitu, menurut Tjendra, meluasnya penyebaran virus corona masih bisa menjadi sentimen negatif. Ia pun memperkiran rupiah akan bergerak ke level support Rp 16.200 dengan resisten di Rp 16.400 per dolar AS.
Selain rupiah, dolar Singapura naik 0,06%, dolar Taiwan 0,14%, dan won Korea Selatan 0,12% berdasarkan data Bloomberg. Peso Filipina dan yuan Tiongkok masing-masing menguat 0,15%, ringgit Malaysia 0,01%, dan baht Thailand 0,05%.
Ada beberapa mata uang Asia lainnya yang melemah. Di antaranya yen Jepang turun 0,71%, dolar Hong Kong 0,01%, dan rupee India 0,98%.
(Baca: Modal Asing Kembali Masuk RI, Rupiah Menguat ke Rp 16.305 per Dolar AS)