BI Ramal Peningkatan Risiko Resesi Global pada Kuartal II dan III 2020
Bank Indonesia (BI) memperkirakan peningkatan risiko resesi ekonomi dunia terjadi pada kuartal II dan III tahun ini. Hal ini disebabkan oleh pandemi virus corona yang semakin meluas ke hampir ke seluruh negara.
"Risiko resesi ekonomi dunia terutama terjadi pada kuartal II dan III 2020, sesuai dengan pola pandemi Covid-19," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam video konferensi di Jakarta, Selasa (14/4).
Menurut Perry, risiko resesi ekonomi global pada tahun ini dipengaruhi oleh menurunnya permintaan komoditas serta terganggunya proses produksi. Kondisi ini sejalan dengan kebijakan pembatasan mobilitas warga oleh sejumlah negara untuk mengurangi risiko penyebaran Covid-19.
(Baca: IMF Ramal Ekonomi RI Tahun Ini Hanya Tumbuh 0,5%, Terendah Sejak 1998)
Sejalan dengan risiko ini, pertumbuhan ekonomi negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa diperkirakan mengalami kontraksi tahun ini. "Meskipun berbagai kebijakan ultra-akomodatif dari kebijakan fiskal dan moneter telah ditempuh," ujarnya.
Perry juga mengungkapkan bahwa prospek pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang diperkirakan akan menurun. Namun secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi dunia akan kembali membaik mulai kuartal IV 2020.
Pada 2021, ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia akan meningkat tinggi yang didorong oleh dampak positif kebijakan banyak negara, selain karena faktor base effect.
Sementara itu, kepanikan pasar keuangan dunia yang sempat meningkat tinggi pada Maret 2020, diramal mulai berkurang pada April 2020. Ini didukung sentimen positif atas berbagai respons kebijakan yang ditempuh oleh banyak negara.
Di sisi lain, risiko pasar keuangan dunia menurutnya juga akan perlahan berkurang. Hal ini sebagaimana yang tercermin pada penurunan volatility index (VIX) dari 85,4 pada 18 Maret 2020 menjadi 41,2 pada 14 April 2020.
Prospek Ekonomi RI
Pelemahan ekonomi global dan penyebaran Covid-19 di dalam negeri menurut Perry akan juga berdampak pada pertumbuhan ekonomi domestik yang diprediksi menurun. "Ekspor 2020 akan menurun sejalan dengan melambatnya permintaan dunia, terganggunya rantai penawaran global, serta rendahnya harga komoditas global," ujar dia.
Sementara itu, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam rangka pencegahan penyebaran Covid-19 juga akan berdampak pada pendapatan masyarakat dan menurunnya produksi. Alhasil, prospek permintaan domestik pun menurun, baik konsumsi rumah tangga maupun investasi.
(Baca: Sri Mulyani Yakin Ekonomi RI Pulih Tahun Depan, Diproyeksi Tumbuh 5,5%)
Dengan demikian dia memperkirakan, perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi akan terjadi di kuartal II dan III 2020. Hal ini sejalan dengan prospek kontraksi ekonomi global dan juga dampak ekonomi dari beragam upaya pencegahan pandemi corona.
Meski begitu, perekonomian nasional diprediksi kembali membaik mulai kuartal IV 2020. Sehingga secara keseluruhan pertumbuhan ekonomi tahun 2020 diramal bisa bergerak ke angka 2,3% dan berpotensi meningkat lebih tinggi pada 2021.
"Selain dipengaruhi prospek perbaikan ekonomi global, pemulihan ekonomi nasional juga didorong berbagai kebijakan pemerintah, BI, dan otoritas terkait," ujar Perry.