PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) akhirnya menerbitkan obligasi dolar senilai US$ 4 miliar atau setara Rp 58,4 triliun (kurs Rp 14.600 per dolar Amerika Serikat). Surat utang terbesar yang diterbitkan korporasi di Kawasan Asia tahun ini tersebut akan digunakan untuk membeli saham divestasi PT Freeport Indonesia.
Seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (8/11), Inalum menjual obligasi global itu dalam empat seri. Pertama, sebesar US$ 1 miliar yang berjangka waktu tiga tahun atau jatuh tempo tahun 2021. Imbal hasil (yield) seri ini mencapai 5,5%.
Kedua, sebesar US$ 1,25 miliar bertenor lima tahun atau jatuh tempo 2023 dengan bunga 6%. Ketiga, sebesar US$ 1 miliar bertenor 10 tahun atau jatih tempo 2028, dengan bunga 6,875%. Keempat, sebesar US$ 750 juta yang berjangka waktu 30 tahun atau jatuh tempo 2048 dengan bunga 7,375%.
Namun, Head of Corporate Communications & Government Relations Inalum Rendi Witular enggan berkomentar mengenai kabar tersebut.
Berdasarkan catatan Bloomberg, obligasi Inalum tersebut merupakan surat utang dolar terbesar yang diterbitkan korporasi non-lembaga keuangan yang diterbikan di Indonesia dan juga yang terbesar di pasar Kawasan Asia pada tahun ini. Obligasi ini mendapat peringkat Baa2 atau BBB-.
Penerbitan obligasi tersebut dilakukan di tengah mulai meredanya kekhawatiran para investor dunia terhadap perang dagang antara AS dan Tiongkok dan rampungnya pemilihan umum tengah periode di Amerika Serikat.
Leo Hu, fund manager senior NN Investment Partners di Singapura, melihat risiko sudah menurun dan ketidakpastian di pasar dunia sudah sirna setelah pemilu tengah tahun di AS. “Pasar akan reli untuk mengantisipasi penurunan tensi dagang AS dan Tiongkok,” katanya seperti dilansir Bloomberg.
Sedangkan Nicholas Yap, analis Nomura Bank, menilai harga obligasi dolar Inalum lebih menarik dibandingkan rata-rata obligasi sejenis yang diterbitkan Indonesia.
Dana hasil obligasi itu akan digunakan Inalum untuk membayar pembelian saham Freeport yang memang direncanakan pada November ini. Pada akhir September lalu, Inalum sudah mengikat perjanjian dengan Freeport McMorran. Isinya adalah meningkatkan kepemilikan Inalum di PT Freeport Indonesia dari 9,36% menjadi 51,23%. Nilai transaksinya mencapai US$ 3,85 miliar.
Selain Inalum, ada dua perusahaan BUMN asal Indonesia yang juga telah menerbitkan obligasi global. Pekan lalu, PT Pertamina menerbitkan obligasi sebesar US$ 750 juta dengan bunga 6,5% hingga 6,7%. (Baca juga: Pemerintah dan 3 BUMN Kakap Tawarkan Obligasi Global Rp 165 Triliun)
Pada akhir Oktober lalu, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) juga menerbitkan obligasi senilai US$ 1,5 miliar. Bunganya berkisar 5,375% hingga 6,25%.