BRI dan BTPN Beradaptasi dengan Fintech, Model Hibrida & Niche Market

KATADATA/HARI WIDOWATI
Direktur Utama PT Bank BTPN Tbk Ongki Wanadjati dan VP of Corporate Strategy Gojek, Jonathan Barki, dalam sesi diskusi panel "New Role in Financial Ecosystem" di Indonesia Data and Economic Conference (IDE) 2020 yang diselenggarakan Katadata, di Hotel Kempinski, Jakarta, Kamis (30/1)
Penulis: Hari Widowati
31/1/2020, 08.11 WIB

Pesatnya perkembangan perusahaan-perusahaan teknologi finansial (fintech) di Indonesia telah mendisrupsi bisnis perbankan. Bank harus bergerak cepat, mengubah model bisnis, dan berkolaborasi dengan fintech agar tak terlibas perkembangan zaman.

Direktur Digital, Teknologi, dan Operasi PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Indra Utoyo mengatakan, perkembangan ekonomi digital membuat perbankan tidak bisa lagi beroperasi secara konvensional. "Fintech membuat segala hal menjadi mungkin. Kami sebagai bank mikro UMKM gunakan hybrid company model," kata Indra dalam Indonesia Data and Economic Conference (IDE) 2020 yang diselenggarakan Katadata, di Hotel Kempinski Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (30/1).

Model bisnis hibrida yang menggabungkan kekuatan bank konvensional dan teknologi ala fintech itu memungkinkan BRI lebih efisien, bergerak lebih cepat, dan produktif. Digitalisasi di BRI dilakukan melalui perbaikan yang radikal.

BRI memiliki 430 ribu agen BRIlink yang terhubung secara mobile. Sepanjang tahun lalu, transaksi elektronik melalui agen BRIlink mencapai Rp 673 triliun. "Kami ingin masuk ke pasar yang belum disentuh fintech dengan ultra mikro," kata Indra.

(Baca: BRI Luncurkan Pinjaman Online Ceria)

Direktur Utama PT Bank BTPN Tbk Ongki Wanadjati mengatakan, BTPN yang semula dikenal sebagai bank para pensiunan ini juga melakukan transformasi digital. Model layanan digital melalui aplikasi Jenius dipilih BTPN untuk membidik pasar nasabah muda yang melek teknologi (digital savvy).

Untuk menyentuh konsumen yang belum dilayani perbankan (unbanked), BTPN memiliki layanan BTPN Wow yang didukung para agen laku pandai dengan teknologi telepon seluler (ponsel). "Strategi untuk maju ke depan garap niche market, kami akan tetap di digital tapi di existing business ada digitalisasi, sinkronisasi, dan kombinasi keduanya," kata Ongki. BTPN juga membuka diri untuk berkolaborasi dengan fintech maupun ekosistem digital lainnya.

(Baca: Cerita Bos Northstar Untung Berkali Lipat dari Investasi di BTPN)

Gopay Jadi Pendorong Pertumbuhan di Masa Depan

Vice President of Corporate Strategy Gojek, Jonathan Barki, mengatakan Gojek bukan ingin bersaing dengan perbankan dengan masuk ke sistem pembayaran melalui Gopay. Layanan Gojek berkembang sesuai kebutuhan konsumen. "Kami tidak bisa meluncurkan layanan Gojek tanpa adanya solusi sistem pembayaran makanya kami pastikan ada lisensi untuk uang elektronik," kata Jonathan.

Layanan sistem pembayaran menjadi peluang dan pendorong pertumbuhan di masa depan bagi Gojek. Berbagai layanan Gojek membutuhkan sistem pembayaran, misalnya layanan pesan antar makanan Gofood. "Dengan Gofood, kami menyentuh pasar yang lebih besar," kata Jonathan.

Gojek telah menerapkan teknologi merchant flow, di mana pesanan yang masuk dari konsumen bisa segera diproses oleh merchant Gofood meski pengemudi belum sampai ke lokasi. Hal ini bisa memangkas proses pemesanan makanan hingga 50% sehingga makanan lebih cepat sampai ke tangan konsumen.

(Baca: Bukan Promosi, Gojek Fokus 3 Layanan untuk Dorong Transaksi di 2020)