Wall Street Ditutup Naik, S&P 500 Cetak Rekor Penutupan Selama 6 Hari Beruntun
Indeks Wall Street di Amerika Serikat ditutup naik pada perdagangan Senin (28/7) waktu setempat. S&P 500 mencatatkan rekor penutupan tertinggi untuk hari keenam berturut-turut, sementara Nasdaq juga menorehkan rekor penutupan dalam perdagangan yang berlangsung fluktuatif.
Investor masih mencermati perkembangan kesepakatan perdagangan antara Amerika Serikat dan Uni Eropa. Pasar juga bersiap menyambut pekan yang dipenuhi sejumlah katalis pasar utama.
Pada penutupan perdagangan, Dow Jones Industrial Average turun 64,36 poin atau 0,14% ke level 44.837,56. S&P 500 naik tipis 1,13 poin atau 0,02% ke posisi 6.389,77. Sementara itu, Nasdaq Composite menguat 70,27 poin atau 0,33% ke 21.178,58.
Indeks S&P 500 kini telah membukukan enam rekor penutupan harian berturut-turut dan total 15 rekor penutupan sepanjang tahun ini. Penguatan ini merupakan rebound dari aksi jual yang sempat terjadi pada awal April setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan serangkaian tarif dagang.
Pada Minggu sebelumnya, Presiden Trump bersama Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengumumkan kerangka kerja perdagangan baru.
Dalam kesepakatan tersebut, tarif impor dari Uni Eropa dipangkas menjadi 15% atau separuh dari tarif yang sebelumnya diancamkan dan dijadwalkan berlaku mulai 1 Agustus. Namun, Prancis menanggapi kesepakatan ini dengan nada kritis dan menyebutnya sebagai bentuk penyerahan diri.
Kesepakatan ini menambah daftar perjanjian perdagangan yang tengah dijalin AS, termasuk dengan Jepang dan Indonesia. Sementara itu, pejabat AS dan Cina juga melanjutkan pembicaraan di Stockholm untuk meredakan ketegangan perang dagang antara kedua negara dengan ekonomi terbesar di dunia.
“Rasanya cukup lega karena ini bukan bencana besar seperti jika tarif tinggi benar-benar diterapkan,” ujar Scott Welch Chief Investment Officer di Certuity Maryland seperti dikutip dari Reuters, Selasa (29/7). Namun dia menyatakan masih terlalu dini untuk menilai dampak jangka panjang dari penetapan tarif.
Optimisme terhadap potensi teknologi kecerdasan buatan (AI) juga menjadi pendorong penguatan saham. Selain itu, munculnya sejumlah kesepakatan dagang dan awal musim laporan keuangan yang menunjukkan hasil menjanjikan turut menopang pasar.
Perhatian investor kini tertuju pada pernyataan kebijakan dari Federal Reserve yang akan dirilis Rabu ini. Bank sentral diperkirakan mempertahankan suku bunga acuan, meskipun Presiden Trump terus menekan Ketua The Fed Jerome Powell untuk menurunkan biaya pinjaman.
Pekan ini juga menjadi periode penting dengan banyaknya laporan keuangan dari perusahaan besar seperti Meta, Microsoft, Amazon dan Apple, yang diperkirakan akan memengaruhi arah sentimen pasar secara keseluruhan.
Selain itu, sejumlah indikator ekonomi penting akan dirilis, termasuk data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) sebagai ukuran inflasi favorit The Fed, serta laporan ketenagakerjaan pemerintah yang akan memberi gambaran dampak tarif terhadap harga konsumen dan pasar tenaga kerja.
Dari sisi saham individu, saham Nike naik 3,89% setelah JPMorgan meningkatkan peringkatnya dari netral menjadi overweight dengan rekomendasi agar investor mulai membeli saham tersebut.
Sektor energi menjadi yang berkinerja terbaik dalam indeks S&P, naik 1,15%, didorong oleh lonjakan harga minyak lebih dari 2%. Sebaliknya, sektor properti dan material menjadi yang terburuk, masing-masing turun 1,75% dan 1,44%.
Di New York Stock Exchange (NYSE), jumlah saham yang melemah melampaui yang menguat dengan rasio 1,81:1, sedangkan di Nasdaq sebesar 1,48:1. S&P 500 mencetak 26 titik tertinggi baru dalam 52 minggu terakhir dan lima titik terendah baru. Nasdaq mencatatkan 68 titik tertinggi dan 54 titik terendah baru.
Volume perdagangan di bursa AS mencapai 17,58 miliar saham, sedikit di bawah rata-rata harian 17,84 miliar dalam 20 hari perdagangan terakhir.