Erick Thohir Dorong Krakatau Steel Jadi Induk Usaha Investasi Baja

ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso
Ilustrasi, Menteri BUMN Erick Thohir (kanan) berbincang dengan Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim (kiri) saat Public Expose Krakatau Steel 2020 di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (28/1/2020).
Penulis: Ihya Ulum Aldin
24/2/2020, 21.15 WIB

PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) rencananya akan menjadi perusahaan investasi yang menaungi beberapa anak usaha di industri baja. Hal ini sesuai arahan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir.

Dengan begitu, perusahaan tidak akan lagi mengoperasionalkan fasilitas produksi seperti selama ini. Krakatau Steel bakal membentuk anak usaha yang menangani lini bisnis tersebut.

Pemisahan lini bisnis (spin-off) itu bertujuan mendorong efisiensi. Krakatau Steel nantinya berfokus menjadi perusahaan investasi yang memimpin sejumlah anak usaha atau investment holding. “Jadi lebih ramping,” kata Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim di Jakarta, Senin (24/2).

Menurut dia, untuk menjadi perusahaan investasi tidak perlu Peraturan Pemerintah (PP). “Karena ini konsep saja, bukan seperti holding kementerian,” katanya.

(Baca: Perbaiki Kinerja Bisnis, Krakatau Steel Jalankan Aneka Upaya Efisiensi)

Lagi pula, Krakatau Steel sudah memiliki anak usaha. “Hanya kami perkuat lagi supaya sesuai dengan apa yang diharapkan oleh Kementerian BUMN,” kata Silmy.

Salah satu cara mengoptimalkan kinerja anak usaha dengan mencari mitra untuk menambah kapasitas produksi. Saat ini, perusahaan menggaet tiga mitra yakni Posco, Nippon Steel, dan Osaka Steel.

Perusahaan tidak menutup kemungkinan masuknya beberapa mitra baru. Hal ini bertujuan memperkuat industri baja dan pendukungnya di Tanah Air.

Kemitraan merupakan salah satu strategi Krakatau Steel untuk mengoptimalkan kapasitas. “Untuk apa bangun fasilitas baru kalau menambah beban tanpa meningkatkan utilisasi,” katanya.

(Baca: Tiga Anak Krakatau Steel Bersiap IPO, Bergerak di Bisnis Pelabuhan)

Krakatau Steel juga berencana membawa tiga anak usahanya ke pasar modal melalui skema penawaran saham perdana (initial public offering/IPO). Ketiganya yaitu PT Krakatau Bandar Samudera (KBS), PT Krakatau Tirta Industri (KTI), dan Krakatau Industrial Estate Cilegon (KIEC).

Namun, perusahaan masih mengkaji rencana tersebut. "Kami sedang kaji tiga anak usaha Krakatau Steel," ujar Silmy kepada Katadata.co.id, beberapa waktu lalu (14/2).

Perusahaan baja pelat merah itu juga telah menyelesaikan restukturisasi utang US$ 2 miliar atau sekitar Rp 27 triliun di 10 bank nasional. Perusahaan melakukan berbagai langkah efisiensi untuk memperbaiki kinerja keuangan.

"Kami turunkan (biaya) secara signifikan. Ini terbukti menghasilkan tambahan income. Itu hal yang baik, karena jadi ramping," kata Silmy, ketika ditemui usai public expose di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, bulan lalu (28/1).

(Baca: Krakatau Steel Tuntaskan Restrukturisasi Utang Rp 27 T di 10 Bank)

Sejak tahun lalu, perusahaan juga melakukan pembenahan bisnis dengan menutup pabrik-pabrik yang tak efisien. Krakatau Steel juga berencana melepas anak atau cucu usaha yang tidak sesuai bisnis inti dan membebani keuangan perusahaan.

Saat ini, Krakatau Steel memiliki 11 anak usaha dan 60 cucu usaha, dengan bisnis yang beragam, termasuk bisnis air bersih dan produsen listrik. Silmy menyatakan pihaknya tengah memetakan bisnis.

Hal itu bertujuan untuk mengetahui lini mana yang masih sesuai dan yang tidak dengan lingkup bisnis inti dan menguntungkan. Lini bisnis yang tak berhubungan dan merugi juga bisa diketahui.

(Baca: Krakatau Steel Bersiap Jadi Anggota Baru Holding BUMN Pertambangan)

Reporter: Ihya Ulum Aldin