AS Ingin Buka Lockdown agar Ekonomi Jalan, IHSG dan Bursa Asia Meroket

ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nz
IHSG sesi I Jumat (17/4) naik 2,9% sejalan dengan bursa saham Asia lainnya ditopang sentimen dari AS yang berencana melonggarkan lockdown di sejumlah negara bagian.
Penulis: Ihya Ulum Aldin
17/4/2020, 13.16 WIB

Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada perdagangan sesi pertama Jumat (17/4) melesat naik 2,9% menyentuh level 4.610,36. Naiknya indeks dalam negeri sejalan dengan kinerja bursa Asia lainnya yang juga kompak menghijau.

Seperti indeks Nikkei 225 di bursa Jepang dan indeks Hang Seng di Hong Kong yang hingga berita ini ditulis naik masing-masing 2,81% dan 2,39%. Selain itu, indeks Shanghai Composite di Tiongkok naik 0,97%, Straits Times naik 1,45%, serta Kospi dan PSEi Filipina melejit 3,4% dan 4,78%.

Kenaikan tersebut sejalan dengan bursa berjangka Amerika Serikat (AS) Dow Jones Index Future yang sejauh ini sudah naik 3,61%. Bursa AS di Wall Street juga ditutup lebih tinggi, dengan indeks Dow Jones naik 0,14%, S&P 500 naik 0,57%, dan Nasdaq naik 1,66%.

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus menilai salah satu sentimen yang menyokong penguatan bursa-bursa global, khususnya AS, yaitu wacana pelonggaran karantina wilayah (lockdown) di sejumlah negara bagian AS.

(Baca: IHSG Berbalik Naik 3,04%, Analis Sarankan Investor Selektif Beli Saham)

Presiden AS Donald Trump semalam mengeluarkan pedoman terbaru dengan cakupan yang lebih luas untuk memulai melonggarkan kebijakan lockdown. Pasalnya Trump ingin perekonomian AS bisa berjalan kembali seperti sebelumnya.

Dengan pelonggaran itu, negara bagian yang sebelumnya memberlakukan kondisi darurat untuk memperlambat penyebaran virus corona, tidak secara hukum harus mengikuti instruksi Gedung Putih. Namun dengan adanya pedoman baru tersebut, setidaknya dapat menjadi panduan bagi para Gubernur untuk melakukan pelonggaran.

Namun, Nico menilai bahwa sentimen seperti ini hanya memberikan angin sementara, tidak selamanya. "Sentimen ini hanya bersifat sementara, karena yang paling pahit saja masih akan terus bergilir untuk datang," kata Nico.

Data Perdagangan Sesi Pertama

Pada perdagangan sesi pertama ini, total saham yang diperdagangkan mencapai 4,79 miliar unit saham dengan nilai transaksi total mencapai Rp 4,2 triliun. Tercatat ada 256 saham yang naik dengan 121 saham turun, sementara 119 saham stagnan.

(Baca: Cuti Bersama Mundur Akhir Tahun, BEI Sesuaikan Jadwal Libur Bursa)

Meski begitu, modal asing masih terus mengalir keluar dari pasar saham dalam negeri. Investor asing pada sesi I membukukan penjualan bersih (net sell) saham Rp 252,54 miliar di pasar reguler. Saham bank lagi-lagi menjadi sasaran jual dengan saham PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPS) mencatatkan net sell terbesar Rp 73,91 miliar.

Adapun, pada perdagangan sesi pertama ini, sektor yang mendorong laju indeks yaitu sektor infrastruktur yang naik 4,89%. Kinerja sektor ini ditopang saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang naik 7% menjadi Rp 3.210 per saham, serta PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) yang naik 6,17% menjadi Rp 860 per saham.

Selain itu, sektor finansial juga naik hingga 3,38%. Saham penopangnya yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) yang melesat 6,51% menjadi Rp 2.780 per saham, serta saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang naik 3,05% menjadi Rp 27.000 per saham.

(Baca: Jual Aset, Lippo Karawaci Tambah Saham di Siloam & Lippo Cikarang)

Reporter: Ihya Ulum Aldin