Tagar #DeleteFacebook kembali viral dan diunggah oleh Bos Tesla Elon Musk hingga Komedian Inggris Sacha Baron Cohen di Twitter. Facebook dinilai memonopoli pasar, karena memiliki Instagram dan WhatsApp.

Berdasarkan data Statista, Facebook memiliki 2,5 miliar pada Kuartal IV 2019. “#DeleteFacebook itu payah,” kata Elon Musk melalui akun Twitter-nya @elonmusk pada akhir pekan lalu (8/2).

Seruan menghapus aplikasi Facebook sempat beberapa kali pada 2018 dan 2019 lalu. Elon Musk salah satu yang gencar mengunggah tagar #DeleteFacebook. Bahkan, ia menghapus halaman Facebook Tesla dan SpaceX.

Pendiri Tesla itu mulai menyindir Facebook setelah muncul skandal Cambridge Analytica. Data 87 juta pengguna Facebook bocor oleh konsultan politik tersebut.

(Baca: Lampaui YouTube, Pendapatan Iklan Instagram Tembus Rp 273 Triliun)

Dikutip dari Livemint, Musk juga menyindir WhatsApp. Musk menunjukkan berbagai emoji 'lengan mekanik' yang mewakili masing-masing perusahaan teknologi mulai dari Apple, Google, Microsoft, Samsung dan WhatsApp.

Emoji yang terakhir mewakili WhatsApp. "Emoji baru! Yang terakhir hadir dengan hack telepon gratis," ujar Musk di akun Twitter miliknya.

Musk menyindir WhatsApp karena masalah keamanan. Beberapa laporan mengklaim bahwa bug WhatsApp memungkinkan peretas membaca file di komputer korban.

Sacha Baron Cohen juga menilai Facebook memonopoli pasar karena memiliki miliaran pengguna. "Mengapa kita membiarkan satu orang mengendalikan informasi yang dilihat oleh 2,5 miliar orang? Facebook perlu diatur oleh pemerintah, bukan diperintah seorang kaisar!" Katanya melalui akun Twitternya, pekan lalu (6/2).

(Baca: Para Pejabat PBB Diimbau Tak Pakai WhatsApp karena Dinilai Tak Aman)

Karena faktor keamanan, para pejabat Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) pun diminta tidak menggunakan WhatsApp. Hal itu bermula dari peretasan telepon CEO Amazon Jeff Bezos oleh Arab Saudi.

Para ahli PBB mengaku telah mendapat informasi terkait kemungkinan keterlibatan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman dalam dugaan serangan siber ke ponsel Jeff Bezos.

Dalam laporan forensik FTI Consulting yang berbasis di Washington, para ahli PBB itu menuduh iPhone Bezos dibajak lewat file video yang memuat perangkat lunak berbahaya. File itu dikirim melalui akun WhatsApp yang digunakan oleh Mohammed bin Salman.

Juru bicara PBB Farhan Haq tidak secara spesifik menjawab apakahs Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres sudah berkomunikasi dengan putra mahkota Saudi atau pemimpin dunia lainnya terkait WhatsApp.

“Para pejabat senior di PBB telah diperintahkan untuk tidak menggunakan WhatsApp, (sebab) itu tidak didukung sebagai mekanisme yang aman,” katanya dikutip dari Reuters, beberapa waktu lalu (24/1).

(Baca: Waspada, Bug WhatsApp Bisa Curi Data Pribadi Pengguna Melalui Komputer)

Penyanyi asal Amerika Serikat Selena Gomez juga menyindir Instagram. Menurut dia, platform itu dapat merusak mental orang-orang yang satu generasi dengannya. 

"Jika saya dapat menemukan media yang seimbang dan bahagia itu akan bagus, tetapi saya berbohong jika saya mengatakan bahwa itu (Instagram) tidak menghancurkan beberapa generasi saya, identitas mereka," kata dia dikutip dari Elle.com, Kamis lalu (6/2).

Media sosial itu memang berdampak positif terhadap karya Selena Gomez. Instagram juga yang menjadi inspirasinya memberikan nama Rare pada salah satu album. "Itu adalah bagian besar dari mengapa saya menamai album saya Rare. Karena ada begitu banyak tekanan untuk terlihat sama seperti orang lain," kata Selena.

Tahun lalu Selena sempat menghapus akun Instagram miliknya karena dianggap menjadi penyebab masalah kesehatan mentalnya. Selena kemudian kembali mengaktifkan akun Instagram-nya, di mana ia memiliki 168 juta pengikut sampai saat ini.

(Baca: Cambridge Analytica dan Peran Negara dalam Perlindungan Data Pribadi)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan