Perusahaan pelat merah bidang konstruksi, PT Waskita Karya Tbk (WSKT) menyatakan rasio pinjaman terhadap modal atau gearing ratio perseroan sampai saat ini masih dalam kondisi wajar, kendati tengah membangun beberapa proyek.
Adapun beberapa proyek yang sedang dikerjakan perusahaan di antaranya adalah proyek tol Jakarta-Cikampek II elevated serta tol Trans Sumatera.
Hingga semester I 2019, Waskita tercatatmemiliki utang sekitar Rp 103,71 triliun, dengan gearing ratio 2,68 kali atau berada di bawah ambang batas (covenant) perbankan sebesar 5 kali.
(Baca: Waskita Karya Akan Kantongi Dana Pembayaran Proyek Rp 13 Triliun)
Direktur Keuangan Waskita Karya Haris Gunawan mengakui utang perusahaan dari tahun ke tahun memang terus meningkat. Namun, hal itu juga diikuti dengan kenaikan aset.
Haris juga menyatakan, utang tersebut digunakan untuk membangun beberapa proyek, termasuk proyek diversifikasi milik anak usaha. "Kalau ingin berkembang kami harus berani, ini untuk meningkatkan pendapatan. Tentu semuanya tidak menggunakan modal sendiri," ujarnya saat ditemui di Jakarta, Kamis (26/9).
Haris juga mengungkapkan keuangan perseroan akan memperoleh sejumlah penghasilan dari proyek yang dikerjakan menggunakan skema turnkey.
Turnkey merupakan metode pembayaran yang dilakukan oleh pemilik proyek kepada kontraktor pada saat seluruh pekerjaannya rampung atau ketika proyek dilakukan serah terima. Skema ini lazim digunakan pada bisnis properti.
Pihaknya menargetkan hingga akhir tahun piutang dari proyek turnkey akan cair sebesar Rp 24,5 triliun. Piutang tersebut antara lain berasal dari proyek jalan tol, seperti tol Jakarta-Cikampek eleveted sebesar Rp 4,5 triliun dengan target pembayaran pada Oktober hingga Desember.
(Baca: Semua BUMN Konstruksi Cetak Laba Bersih, PP dan Waskita Tumbuh Minus)
Kemudian, tol Sumatera yang akan cair pada Desember dengan total nilai Rp 13 triliun, tol Kunciran-Parigi senilai Rp 3,4 triliun.
Selain itu, ada sisa piutang yang belum terbayar pada tahun lalu sebesar Rp 2,2 triliun dari proyek jalan Tol Semarang-Batang, ditambah dana talangan tanah pembangunan tol senilai Rp 3,4 triliun.
"Bisa turun gearing rationya jadi 2,3 kali. Sedangkan batas atas perbankan lima kali. Jadi masih aman, Bank Rakyat Indonesia (BRI) saja masih mau kasih pinjam Rp 1 triliun," ujarnya.
Untuk menjaga liabilitas perusahaan, menurutnya Waskita sudah memiliki parameter dasar dalam mengambil keputusan terhadap proyek yang akan dikerjakan. Misalnya,dengan menghitung standar tingkat pengembalian investasi (interal rate of return/ IRR) dalam suatu proyek, serta jangka waktu pengembalian modal.
Sebelumnya, Moody's Investor Service menyatakan bahwa ada enam perusahaan pelat merah di Indonesia yang masuk dalam kategori perusahaan yang memiliki risiko utang yang mengkhawatirkan, yang mana salah satunya adalah Waskita . Moody's mencatat rasio utang Waskita terhadap ekuitas mencapai 359,1%.
Waskita hingga Juni 2019 memiliki total aset senilai Rp132,57 triliun, meningkat 6,58% dibanding posisi 31 Desember 2019 yang sebesar Rp124,39 triliun.
Sedangkan dari sisi kinerja keuanga, perseroan mencatat laba bersih sebesar Rp997,82 miliar pada semester I 2019, turun 66,63% dari periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp2,99 triliun.