Garuda Berencana Likuidasi Lebih Banyak Anak Usaha, Bukan Hanya Lima

ANTARA FOTO/Septianda Perdana
Petugas melayani pelanggan di kantor penjualan (sales office) Garuda Indonesia di Medan, Sumatera Utara, Kamis (23/1/2020). Operasional kantor penjualan tersebut untuk meningkatkan dan mempermudah seluruh pelanggan mengakses berbagai layanan produk Garuda Indonesia seperti reservasi pembukuan, pembelian tiket, city check in dan layanan GarudaMiles.
6/3/2020, 15.31 WIB

PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) tengah dalam tahap finalisasi untuk melikuidasi beberapa anak atau cucu usaha yang tak menunjang bisnis utama. Kemungkinannya, proses likuidasi akan berlangsung dalam dua tahap.

Direktur Utama Garuda Irfan Setiaputradi menjelaskan likuidasi atas lima anak/cucu usaha seperti yang disampaikan sebelumnya kemungkinan akan menjadi tahap I. Salah satu yang akan dilikuidasi yakni anak usaha di bidang jasa pengiriman yaitu Garuda Tauberes.

"Kemungkinan itu tahap 1 (lima anak/cucu usaha). Ada tahap likuidasi lagi, tapi mungkin dua kali (tahap) saja. Tapi belum tahu berapa banyak yang dilikuidasi," kata dia kepada Katadata.co.id, Jumat (6/3).

(Baca: Erick Likuidasi Lima Anak Usaha Garuda, Salah Satunya Garuda Tauberes)

Irfan mengatakan akan ada lebih banyak cucu usaha yang dilikuidasi atau dimerger dengan perusahaan lain. Namun, dia memastikan bahwa karyawan tidak akan terdampak oleh rencana tersebut.

"Tentu karyawan akan kami alokasi untuk tempat-tempat yang mereka bisa kontribusi lebih baik," ujarnya.

Komisaris Independen Garuda Yenny Wahid menilai langkah likuidasi anak atau cucu usaha ini bisa menjadi salah satu opsi untuk mendapatkan dana segar guna membayar utang yang segera jatuh tempo.

"Mungkin ya itu salah satunya, bisa mendapatkan pendanaan tanpa menerbitkan utang baru dengan cara melego aset-aset perusahaan. Buat saya sih lebih dimungkinkan itu," kata dia, Kamis (27/2) pekan lalu.

(Baca: Garuda Masih Buka Opsi Terbitkan Sukuk Global untuk Bayar Utang)

Berdasarkan laporan keuangan per akhir September 2019, Garuda tercatat memiliki utang jatuh tempo pada 3 Juni 2020 berupa sukuk global senilai US$ 496,84 juta. Sedangkan secara total kewajiban/liabilitas perusahaan mencapai US$ 3,51 miliar, dengan US$ 2,87 miliar di antaranya kewajiban jangka pendek alias jatuh tempo kurang dari satu tahun.

Sebelumnya, Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir menyatakan sudah melaporkan rencana likuidasi anak/cucu usaha ini kepada Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan mendapat restu.

“Direksi juga mengusulkan perlu segera karena tidak ada manfaatnya,” kata dia saat Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, Kamis (20/2). Saat ini, Garuda memiliki tujuh anak dan 19 cucu usaha.