Pandemi corona memukul industri retail Tanah Air, salah satunya PT Matahari Department Store Tbk (LPPF). Pelemahan daya beli dan tekanan industri seiring pandemi corona menyebabkan Matahari membatalkan rencana ekspansi gerai dan pembagian dividen tahun ini.
Manajemen perusahaan menyatakan telah menyiapkan beberapa langkah guna menjaga posisi keuangan perseroan dalam menghadapi dampak Covid-19 yang semakin meluas.
Chief Executive Officer (CEO) Matahari, Terry O’Connor mengatakan perusahaan sektor retail menurun dengan tajam sepanjang Maret, meskipun pada Januari dan Februari memenuhi ekpektasi.
(Baca: Matahari Tutup Semua Gerai dan Kurangi Jam Kerja Karyawan)
Saat ini perusahaan beroperasi di tengah kondisi yang tidak pasti. Oleh karena itu, sejumlah langkah akan dilakukan perusahaan guna menekan biaya operasional dan menjaga posisi keuangan perusahaan.
Direksi dan manajemen Matahari meyakini. penggunaan sumber dana perusahaan secara berhati-hati, diharapkan mampu mengantisipasi dampak tekanan traffic dan permintaan konsumen yang berkepanjangan.
"Oleh karena itu, manajemen menarik rekomendasi pembayaran dividen sebelumnya. Kami akan mengusulkan penangguhan dividen tersebut pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan," ujar Terry dalam keterangan tertulis, Selasa (31/3).
Selain itu, perseroan juga mengkaji efisiensi seluruh beban usaha yang tidak esensial, guna menekan biaya secara besar-besaran, Misalnya, dengan kerja sama dengan pemilik mall untuk menurunkan biaya sewa atau menurunkan beban pemasaran jangka menengah.
(Baca: Sency hingga PI, Daftar Mal di Jakarta yang Tutup Akibat Virus Corona)
Perusahaan juga akan melarang perjalan dinas, menurunkan biaya sumber daya manusia (SDM) dengan mengombinasikan pengurangan jam kerja dan penerapan cuti tidak berbayar . Bahkan perusahaan juga akan menurunkan penurunan gaji pegawai, dengan penurunan terbesar di tingkat manajemen senior.
"Semua non-committed capital expenditure juga dihapuskan dan pembukaan empat gerai baru ditunda ke beberapa bulan mendatang tahun ini," kata Terry.
Mengutip materi paparan operasional perusahaan, semula Matahari berencana membuka 4-6 gerai di 2020. Sebanyak dua gerai berlokasi di sekitar Jabodetabek, dua gerai di Jawa dan 1-2 gerai di luar Jawa.
Adapun hingga 2019, Matahari telah mengoperasikan 169 gerai, yang mana 157 gerai format besar dan 12 lainnya merupakan mono-brand stores.
Penambahan gerai baru tersebut diharapkan dapat mempercepat bisnis perseroan. Dalam rencana bisnisnya, hingga 2021 perusahaan berharap akan ada tambahan sekitar 23 gerai baru, dengan mayoritas di Jawa dan luar Jawa sehingga komposisi lokasi keduanya bakal lebih seimbang.
Namun dengan adanya situasi pandemi dan ketidakpastian saat ini, perusahaan menunda pembuaan gerai baru serta menarik semua target penjualan dan laba 2020.
Sepanjang 2019, Matahari mencatat penjualan kotor Rp 18 triliun atau naik tipis 0,9% dibanding tahun sebelumnya sekitar Rp 17,8 triliun. Sedangkan pertumbuhan rata-rata penjualan tiap toko (same store sales growth/SSSG) di Indonesia mencapai 0%, atau anjlok drastis dibanding tahun sebelumnya yang masih tercatat 3,5%.
Hal ini yang salah satunta menyebabkan perusahaan memperoleh laba kotor Rp 6,1 trilun atau turun 3,6% dibanding tahun lalu dengan EBITDA sekitar Rp 2,2 triliun yang juga turun 20,3% dibanding tahun 2018.
(Baca: Mal Sepi & Tutup Imbas Corona, Pengusaha Minta Insentif ke Pemerintah)
Adapun di sisi laba bersih, perusahaan mencatat kenaikan 24,6% menjadi Rp 1,3 triliun lantaran perusahaan tak lagi menanggung kerugian atas investasi, di samping beberapa beban mulai menyusut.
Sebelumnya, pandemi corona juga telah menekan peritel pelat merah, PT Sarinah (Persero). Omzet penjualan perusahaan turun hingga lebih dari 90%. Padahal, perusahaan biasanya bisa meraup omzet Rp 500 - 600 juta dalam sehari.
"Dengan kondisi (pandemi) seperti ini, perusahaan hanya bisa mencapai omzet sekitar maksimal Rp 30-an juta. Apalagi, terhitung sejak 25 Maret sampai 5 April, Sarinah tutup sementara," ujar Direktur Ritel Sarinah Lies Permata Lestari kepada katadata.co.id, Kamis (26/3).
Dengan penjualan yang anjlok, Sarinah terancam tidak dapat mencapai target pertumbuhan di atas 20 % tahun ini. Namun Lies menegaskan bahwa untuk menyiasati turunnya penjualan, Sarinah akan memanfaatkan penjualan melalui platform daring atau online.
“Kami realistis, dengan kondisi seperti ini pastinya akan ada revisi target dan mungkin juga dilakukan oleh industri lain,” kata Lies.
Sebelumnya, fenomena lesunya bisnis retail konvensional Tanah Air sudah terlihat selama dua tahun terakhir. Tercatat ada banyak peretail menutup gerai karena penjualannya turun dan persaingan yang semakin ketat antar sesama pemain.
Padahal, menurut The Economist Intelligence Unit, Asia dan Australasia (kawasan Australia dan Oceania) memiliki volume penjualan retail terbesar. Pada 2019, penjualan retail mencapai 3,8% dan diperkirakan menurun pada tahun berikutnya menjadi 3,3%.
Meski diprediksi turun, kawasan ini masih akan menjadi pasar retail terbesar dunia. Detail gambaran pasar retail ini bisa dilihat dari databoks berikut.