Program E-Smart Industri Kecil dan Menengah yang digagas Kementerian Perindustrian (Kemenperin) membukukan transaksi senilai Rp 1,5 miliar selama Januari - Oktober tahun lalu. Angka ini adalah nilai penjualan melalui marketplace.

Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih menjelaskan, E-Smart IKM merupakan fasilitas perdagangan secara elektronik yang diberikan kepada usaha mikro, kecil dan menengah melalui marketplace.

"Data paling terbaru sepanjang 2018 masih tunggu pembaruan informasi dari masing-masing marketplace karena per Desember kemarin masih dilakukan workshop," ujarnya kepada Katadata.co.id, Jumat (8/2).

Sejumlah marketplace yang bekerja sama dengan Kemenperin dalam Program E-Smart IKM, yaitu Tokopedia, Dusdusan, Bukalapak, dan Blibli. (Baca juga: Penjualan Produk IKM di Marketplace Capai Rp 1,3 Miliar

Program yang bergulir sejak 2017 tersebut mencakup sembilan komoditas, yakni makanan dan minuman, logam, perhiasan, herbal, kosmetik, fesyen, industri telematika, kerajinan, dan furnitur. Per Agustus 2018, tercatat 3.450 pelaku IKM mengikuti workshop E-Smart.

Asosiasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Indonesia (Akumindo) menilai, platform digital penyedia layanan perdagangan elektronik merupakan hal baru bagi sebagian pelaku usaha. Oleh karena itu, pemanfaatan medium ini terbilang belum optimal khususnya bagi usaha mikro.

"Sebetulnya itu berdampak positif, tidak hanya bagi UMKM (usaha mikro, kecil, dan menengah) tetapi bisnis lain, seperti jasa kurir dan pengiriman barang," ujar Ketua Umum Akumindi Ikhsan Ingratubun saat dihubungi secara terpisah.

(Baca juga: Pelaku UMKM Minta Aturan Pajak E-Commerce Ditunda Satu Tahun

Namun, menyadari pemanfaatan pemasaran dan penjualan berbasis internet belum optimal maka asosiasi meminta pemerintah menggalakkan literasi digital bagi UMKM. Program edukasi ini dijalankan tidak sebatas sosialisasi tetapi mencakup pendampingan.

Analis Teknologi Finansial Bank Indonesia Miftahul Khoiri sempat mengutarakan, operasional UMKM di bidang ekonomi kreatif relatif lebih mudah seiring dengan penetrasi internet melalui berbagai platform.

"Dulu, kalau mau berwirausaha harus memiliki toko fisik di lokasi strategis. Tapi sekarang tidak perlu, sekarang sudah mudah sekali (buka toko daring)," ujarnya. (Baca juga: Lebih 60% Pengusaha Kreatif di Jawa Gunakan Internet untuk Promosi

Berdasarkan data Kominfo, IKM memberikan kontribusi sebesar 58 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional. Khusus bidang ekonomi kreatif, Badan Ekonomi Kreatif dan Badan Pusat Statistik mencatat kontribusinya terhadap PDB terus meningkat. Pada 2015, industri kreatif menyumbang Rp 852 triliun lalu naik menjadi Rp 922,58 triliun pada 2016.