Ada Pandemi Corona, Pertamina Takut Produksi Blok Mahakam Tak Terserap

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi, pekerja beraktifitas di Blok Mahakam. Pertamina khawatir produksi Blok Mahakam tak terserap karena permintaan bahan bakar menurun imbas pandemi corona.
Penulis: Ratna Iskana
28/4/2020, 14.20 WIB

Pertamina akhirnya berhasil meningkatkan produksi Blok Mahakam di awal tahun ini. Biarpun begitu, perusahaan justru khawatir produksi migas tak terserap karena pandemi corona.

Hingga akhir Maret 2020, rata-rata produksi gas Blok Mahakam mencapai 658,5 mmscfd (wellhead), di atas target Work Program & Budget (WP&B) 2020 sebesar 590 mmscfd. Sedangkan produksi likuid (minyak dan kondensat) mencapai 30,34 kbpd, lebih tinggi dari target 28,43 kbpd.

Melalui Pertamina Hulu Mahakam (PHM), BUMN energi itu mampu menambah produksi dari pengeboran sumur 2019 yang mulai berproduksi pada awal tahun ini. Selain itu, peningkatan produksi dicapai dari upaya pemeliharaan sumur melalui work over & well services.

Dengan capaian tersebut, negara mendapatkan US$216,58 juta atau sekitar Rp 3,35 triliun. Padahal, target penerimaan negara dari Blok Mahakam tahun ini hanya US$ 199,37 juta atau setara Rp 3,08 triliun.

General Manager PHM, John Anis, mengatakan produksi migas Blok Mahakam sepanjang triwulan pertama tahun ini memang tak terganggu pandemi corona. Dia pun berharap pandemi corona bisa segera berakhir.

Pasalnya, penyebaran virus tersebut telah berdampak pada permintaan bahan bakar. John pun khawatir, penurunan permintaan bakal berdampak pada penyerapan produksi migas Blok Mahakam.

"Hal yang harus kita cermati ke depan dan menjadi keprihatinan bersama, yaitu dampak penurunan harga minyak dunia terhadap permintaan produksi migas kami,” kata John dalam siaran pers pada Selasa (28/4).

Di sisi lain, permintaan bahan bakar yang menurun membuat harga minyak dunia anjlok hingga 66% sejak awal tahun. Bahkan, harga minyak menyentuh  minus US$ 37 per barel pada pekan lalu.

(Baca: Pertamina Eksplorasi di Blok Mahakam Demi Cadangan Migas Baru)

Penurunan harga minyak dapat membuat PHM merevisi target pengeboran sumur di Blok Mahakam. Sepanjang tahun ini, PHM menargetkan mengebor 117 sumur tajak dan dua sumur eksplorasi di South Peciko dan Tunu Deep East. Hingga akhir Maret 2020, perusahaan telah mengebor 31 sumur.

Sedangkan pada tahun lalu, PHM mengebor 127 sumur tajak dari target 118 sumur. Pengeboran sumur tersebut untuk memaksimalkan cadangan hidrokarbon Blok Mahakam dan menekan laju penurunan produksi di bawah 10%.

Untuk aktivitas workover & well services, PHM menargetkan 6.028 kegiatan sepanjang tahun ini. Pada tahun lalu, perusahaan melaksanakan 6.948 pekerjaan pemeliharaan sumur dari target 6.513 pekerjaan.

Jumlah tersebut dicapai dengan penyelesaian sumur (completion) tanpa menggunakan rig (rigless). Dengan metode itu, PHM  mampu menurunkan biaya sewa rig pengeboran.

Sejauh ini, John menyebut pihaknya telah berusaha efisien dalam melaksanakan pengeboran dan pemeliharaan sumur. Sehingga dapat menurunkan biaya-biaya yang harus dibayarkan kembali oleh pemerintah kepada kontraktor (cost recovery).

Lebih lanjut, John berharap, pemerintah memberikan bantuan bagi industri hulu migas. Apalagi, PHM mengelola wilayah kerja migas yang telah berada pada fase penurunan produksi secara alamiah.

Di sisi lain, PHM telah menyalurkan secara bertahap berbagai bantuan penanganan Covid-19 kepada masyarakat di sekitar Blok Mahakam. Bantuan diberikan melalui cabang-cabang Palang Merah Indonesia (PMI) ataupun pemerintah daerah setempat.

Sepanjang periode 23 Maret-3 April 2020, PHM telah menyalurkan bantuan untuk masyarakat di Kota Balikpapan dan Kabupaten Kutai Kartanegara (Kecamatan Samboja, Muara Jawa, Anggana, dan Muara Badak).

Bantuan tersebut terdiri dari penyemprotan disinfektan, bantuan APD, susu dan vitamin untuk tenaga kesehatan, bahan pangan untuk warga tidak mampu, serta bantuan 1.500 botol hand sanitizer. Jumlah penerima manfaat diperkirakan mencapai 16.000 jiwa

(Baca: Pertamina Fokus Kembangkan Tiga Blok Terminasi Tahun Ini)