Pasokan BBM Berlebih, Pertamina Jual Avtur ke Singapura

ANTARA FOTO/Olha Mulalinda
Ilustrasi, tangki penampungan avtur DPPU Bandara Domine Eduard Osok (DEO) Kota Sorong, Papua Barat, Kamis (21/11/2019). Pertamina terpaksa mengekspor BBM jenis avtur karena pasokan melimpah selama pandemi corona.
Penulis: Ratna Iskana
24/4/2020, 12.29 WIB

Pertamina berusaha menjual avtur ke luar negeri karena pasokan yang melimpah. Itu lantaran konsumsi bahan bakar minyak atau BBM turun selama pandemi corona.

Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman menyebut permintaan avtur turun sangat tajam. Oleh karena itu, pihaknya berusaha mengekspor produk BBM tersebut.

Biarpun begitu, Pertamina baru berhasil menjual avtur ke Singapura. Itu pun dalam jumlah yang sedikit.

"Avtur sudah ada yang kami jual, namun baru satu kargo saja," ujar Fajriyah ke Katadata.co.id pada Senin (20/4).

Pertamina bakal terus mencari pembeli avtur. Namun, Fajriyah tidak menyebut target jumlah avtur yang akan diekspor oleh perusahaan.

"Timing dan volume tetap akan mengikuti kondisi ke depan," katanya.

(Baca: Harga Minyak Anjlok, Pertamina Jelaskan Alasan BBM Tak Turun)

Selain avtur, Pertamina juga mencatat jumlah stok solar yang cukup banyak. Biarpun begitu, lanjut Fajriyah, perusahaan tak akan mengekspor solar.

"Solar masih kami siapkan untuk security of supply nasional," ujarnya.

Pertamina mencatat stok BBM perusahaan yang biasanya berkisar 18-21 hari telah meningkat tajam selama pandemi corona. Stok premium saat ini mencapai 35 hari dan stok pertamax telah mencapai 41 hari.

Sedangkan stok avtur hingga 91 hari dan pasokan solar naik hingga 33 hari. Untuk pasokan pertamina dex 77 hari dan elpiji 16 hari.

Dengan kondisi tersebut, Pertamina terpaksa menurunkan operasi kilang. Selama pandemi Covid-19, produksi bulanan kilang perusahaan turun dari 4.764 ribu KL menjadi 2.725 ribu KL.

Secara detail, produksi premium secara bulanan selama Covid-19 turun dari 687 ribu KL menjadi 532 ribu KL.  Produksi pertamax dari 658 ribu KL turun menjadi 477 ribu KL.

Produksi solar secara bulanan turun dari 1,72 juta KL menjadi 975 ribu KL. Untuk produksi avtur turun mejadi 165 ribu KL dari sebelumnya 489 ribu KL. Sedangkan produksi pertalite naik dari 1.000 KL menjadi 14.000 KL.

(Baca: Impor Minyak Naik, Pertamina Butuh Storage Lebih dari 150 Ribu KL)