Terendah dalam 19 Tahun, Harga Minyak Dunia Anjlok ke US$ 15 / Barel

ANTARA FOTO/Aswaddy Hamid
Ilusrasi Kilang Minyak Putri Tujuh milik Pertamina UP II Dumai. Harga minyak dunia kembali anjlok ke level US$ 15 per barel menyusul kekhawatiran pasar akan wabah Covid-19.
Editor: Ekarina
20/4/2020, 09.27 WIB

Harga minyak kembali mencetak rekor baru atau anjlok ke level terendah sejak 2001. Rendahnya harga minyak dipicu oleh oleh kekhawatiran anjloknya permintaan dunia akibat pandemi Covid-19 hingga telah menewaskan lebih dari 165 ribu orang.

Dikutip dari Bloomberg pada Senin (20/4) pukul 09.00WIB, harga minyak Brent untuk kontrak Juni 2020 turun 0,50% ke level US$ 27,94 per barel. Sedangkan harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Mei 2020 turun 13,19% menjadi US$ 15,86 per barel.

Harga baru ini memperpanjang penurunan pada perdagangan akhir pekan lalu, Jumat (17/4) yang mana minyak brent masih berada di level US$ 27,94 per barel sementara WTI di level US$ 19 per barel. 

(Baca: Permintaan Turun Paling Dalam Sejak 1995, Harga Minyak Anjlok Lagi)

Pasar minyak kembali tertekan sejalan dengan rentetan laporan pelemahan konsumsi bahan bakar dan outlook suram dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan International Energy Agency (EIA).

Harga minyak bahkan sulit terangkat meski OPEC dan produsen lainnya akhir pekan lalu mengumumkan kesepakatan pemangkasan produksi hampir 10 juta barel per hari (bph) guna merespons lemahnya permintaan. 

Perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan, guna mendongkrak harga minyak para kontraktor migas di AS telah mengentikan operasional 66 rig minyak pada pekan ini. Hal ini pun menyebabkan terjadinya pemangkasan produksi mingguan terbesar sejak 2015 dan menjadikan totalnya turun menjadi 438 atau terendah sejak Oktober 2016.

Selain itu, industri minyak secara cepat juga telah mengurangi produksi dalam menghadapi perkiraan penurunan 30% permintaan bahan bakar di seluruh dunia. Pejabat Arab Saudi  memperkirakan total pengurangan pasokan global dari produsen minyak bisa mencapai hampir 20 juta barel per hari.

Pemangkasan produksi tersebut termasuk pemotongan sukarela dari negara-negara seperti Amerika Serikat dan Kanada, yang tidak bisa serta merta menyetop produksinya seperti kebanyakan negara penghasil minyak lainnya (OPEC).

(Baca: Permintaan Diramal Anjlok Terdalam Sejak 1990, Harga Minyak Tertekan)

"Jika lebih banyak ekonomi global memberlakukan rencana (pemangkasan produksi) membantu harga minyak menemukan landasan yang lebih kuat pada Mei, dibantu oleh pemotongan pasokan OPEC +," kata analis FXTM Han Tan, dikutip dari Reuters. 

Beberapa perusahaan telah mengumumkan pengurangan pasokan, termasuk Chevron, BP dan Total SA. Namun, bukanya membaik, hal itu justru pertumbuhan ekonomi melambat dengan cepat.  Pasar komoditas minyak bahkam memproyeksi harga akan terus jatuh.

Menurut catatan dari James West, analis di Evercore ISI perusahaan eksplorasi dan produksi Amerika Utara telah memotong anggaran sekitar 36% setiap tahun. Sementara, perusahaan internasional telah memotong anggaran sebesar 23%, tulisnya seperti dikutip dari Reuters. 

Reporter: Verda Nano Setiawan