Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menilai aktivitas para pendengung (buzzer) pendukung Presiden Joko Widodo (Jokowi) di media sosial justru merugikan. Sebab, konten yang disampaikan oleh para buzzer kerap kali berupa disinformasi.
Hal tersebut lebih lanjut menimbulkan konflik di tengah masyarakat. “Ya kami melihat dari emosi yang terbangun, emosi yang terbangun dari kondisi yang tercipta (oleh buzzer) itu merugikan,” kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (4/10).
Aktivitas buzzer yang merugikan tersebut, kata Moeldoko, seperti ketika mereka menyebarkan kabar ada ambulans milik Pemprov DKI Jakarta yang membawa batu. Hal lain yang menjadi sorotan Moeldoko dari para buzzer terkait penyebaran tangkapan layar grup Whatsapp pelajar STM, yang diduga di dalamnya berisikan personel kepolisian.
Atas dasar itu, Moeldoko meminta agar para buzzer pendukung Jokowi tidak menyampaikan hal-hal yang bersifat destruktif. Dalam situasi seperti saat ini, Moeldoko menilai hal tersebut tak diperlukan.
(Baca: Moeldoko Ingin Buzzer Media Sosial Ditertibkan)
Justru, Moeldoko menilai para buzzer pendukung Jokowi harus menyampaikan konten-konten yang membangun. “Saya berharap buzzer dari segala penjuru ini juga harus menurunkan egonya, menurunkan semangat yang berlebihan dan seterusnya,” ucap Moeldoko.
Sebelumnya, Moeldoko sepakat jika para buzzer di media sosial perlu ditertibkan. Bahkan, Moeldoko menilai kegiatan para buzzer perlu ditinggalkan, tidak hanya terhadap yang pro-pemerintah tetapi juga buzzer oposisi.
"Ini memang persoalan kita semua. Kedua belah pihak, bukan hanya satu pihak," kata Moeldoko di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (3/10).
Moeldoko mengatakan, perlu ada kesadaran bersama untuk menurunkan tensi politik saat ini. Dia pun meminta cara komunikasi para buzzer ditata ulang dengan diksi yang tidak menyerang dan menjelekkan pihak lain.
(Baca: Peneliti Siber: Pembatasan Media Sosial Efektif Cegah Penyebaran Hoaks)
Adapun, Moeldoko menyebut para buzzer sebenarnya relawan atau pendukung fanatik para kandidat dalam Pemilihan Presiden 2019 lalu. Mereka memiliki inisiatif untuk membela idolanya agar tidak disakiti.
Moeldoko lantas membantah jika dirinya dianggap sebagai orang yang mengomando para buzzer pro-pemerintah. "Justru kami mengimbau jangan lagi seperti itu. Beberapa kali saya sudah ngomong kan," kata dia.
Isu buzzer saat ini sedang ramai dibahas di media sosial. Hal tersebut muncul seiring ramainya demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa, pelajar, serta elemen masyarakat sipil lainnya pekan lalu.
(Baca: Aplikasi Truecaller yang Ungkap Identitas di Balik WhatsApp Anak STM)