Pertamina-ENI Batalkan Kerja Sama Pengembangan Kilang Ramah Lingkungan

ANTARA FOTO/Dedhez Anggara
Ilustrasi, kilang. Pertamina membatalkan kerja sama dengan ENI untuk membangun kilang ramah lingkungan karena diskriminasi kelapa sawit oleh Uni Eropa.
29/1/2020, 15.43 WIB

Pertamina menyebut kerja sama dengan ENI terkait pengembangan Green Refinery (Kilang Ramah Lingkungan) tidak akan berlanjut. Pasalnya, Uni Eropa melarang penggunaan minyak kelapa sawit atau (Crude Palm Oil/CPO) dari Indonesia.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan kerja sama tersebut terkait pembangunan Green Refinary di Kilang Plaju yang mengolah CPO menjadi bahan bakar ramah lingkungan. Rencananya untuk tahap awal, ENI akan membangun fasilitas pengolahan CPO dari Indonesia di Italia.

Namun rencana tersebut ditentang langsung oleh pemerintah Italia. Pasalnya, CPO Indonesia harus mendapatkan sertifikasi untuk dapat masuk ke Eropa. ENI pun ragu untuk melanjutkan rencana kerja sama tersebut.

"Awalnya kerja sama dengan ENi untuk mitigasi teknis. Tapi ada penolakan CPO di Eropa karena harus terapkan sertifikasi internasional, ENI jadi maju mundur," ujar Nicke dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VII DPR RI, Rabu (29/1).

(Baca: Kilang Plaju Pertamina Mulai Produksi Bahan Bakar Kapal Rendah Sulfur)

Nicke menyebut ketika ditegur oleh Pemerintah Italia, ENI langsung mengubah konsep dengan membangun kilang ramah lingkungan di Plaju. Meski begitu, ENI tetap menerima teguran dari Pemerintah Italia.

"Walaupun investasi di Indonesia tapi tetap dilawan juga. Padahal logikanya kebun di Indonesia, aspek lingkungan kita yang kena, diproses dan digunakan di Indonesia, tapi ENI terapkan itu, jadi putus dengan ENI," ujar Nicke.

Lebih lanjut, Nicke menjelaskan batalnya kerja sama dengan ENI langsung mengubah kerja sama dengan UOP yakni perusahaan asal Amerika Serikat. Adapun perusahaan tersebut telah memiliki sertifikasi teknologi untuk produksi green diesel berbahan baku CPO.

"Kami bangun sendiri dan kerja sama langsung dengan UOP dan ENI, kemarin kena penalti karena masih pakai CPO Indonesia," ujar Nicke.

Adapun Green Refinery yang rencananya akan dibangun akan memiliki kapasitas produksi hingga 1 juta kiloliter per tahun. Dengan kapasitas pengolahan CPO mencapai 20 ribu barel per hari.

(Baca: Pertamina Cari Mitra untuk Bangun Dua Proyek Green Refinery)

Reporter: Verda Nano Setiawan